PERJALANAN SEJARAH KOMISI KARYA MISIONER KWI
Bagian I
Tahun 1971, Propaganda Fide Roma mengharapkan MAWI mendirikan PWI MISI (The Episcopal Commission for Missions) di Indonesia. Maka Sidang MAWI 1972 antara lain juga membicarakan harapan tersebut.Pada tahun 1975, Propaganda Fide Roma mengundang wakil MAWI untuk menghadiri pertemuan “The Presidents of the Episcopal Commision for Missions” pada tanggal 8–11 April 1975. Untuk maksud tersebut, ketua MAWI, Justinus Kardinal Darmojuwono, menunjuk Mgr. Darius Nggawa, SVD untuk menghadiri pertemuan tersebut. Selanjutnya pada tahun 1978, Roma mengundang MAWI untuk menghadiri pertemuan di Roma. MAWI mengutus Mgr. P.S. Hardjasoemarta, MSC untuk menghadiri pertemuan di Roma pada tanggal 11-14 Mei 1978.
Setelah mendengar laporan dari Mgr. Hardjasoemarta, MSC maka MAWI dalam sidangnya tahun 1978 memutuskan untuk mendirikan Panitia Waligereja Indonesia Karya Misioner “ad experimentum” serta menunjuk Mgr. Hardjasoemarta, MSC sebagai formaturnya. Pada pertemuan tanggal 7-8 Oktober 1979 tersebut, PWI Karya Misioner secara defenitif dinyatakan berdiri. Selaku formatur Mgr. Hardja, MSC membentuk Badan Pengurus sementara. Rapat pembentukan Badan Pengurus (sementara) berlangsung di Kolsani, Yogyakarta dihadiri wakil-wakil dari : MASI, MABRI, IBSI, UNIO, KKI, PPA (Pusat Penelitian Atmajaya, Bagian Sosial Kegerejaan), dan Sekretaris Eksekutif MASRI. Mgr. Hardjasoemarta, MSC sendiri sebagai pimpinan rapat.
Latar belakang bendirinya PWI-KM pada awalnya adalah demi pemerataan pelayanan tenaga rohaniawan-rohaniwati di seantero Indonesia. Namun di kemudian hari dilihat bahwa bukan saja masalah pemerataan tenaga pelayanan rohaniwan-rohaniwati yang menjadi urgensi dan fokus perhatian pelayanan PWI-KM, melainkan lebih kompleks, terlebih menyangkut hakekat kehidupan Gereja itu sendiri secara menyeluruh.
Disamping itu, dasar pemikiran lain yang menjadi latar belakang terbentuknya PWI-KM bukan sebatas pada pemerataan tenaga pelayanan, melainkan, sesuai dengan hasil rapat pembentukan Badan Pengurus Sementara PWI-KM di Kolsani, Yogyakarta 1979, antara lain dirumuskan sbb :
PWI-KM nantinya menitik-beratkan pada usaha untuk memisionerkan umat secara keseluruhan dari pada hanya memperhatikan soal-soal institusi dalam tubuh Gereja; terlebih dalam usaha menumbuhkan semangat pelayanan dari seluruh anggota Gereja.
Namun perlu dipikirkan agar tujuan pendirian PWI-KM tidak boleh dirumuskan terlalu umum dn sederhana. Rumusan tujuan pendirian PWI-KM harus cukup jelas dan spesifik, misalnya mengkhususkan diri dalam bidang “karya dan tenaga misioner”.
Kalau yang menjadi fokus utama adalah soal pemerataan tenaga pelayanan imam dan rohaniwan-rohaniwati, apakah tidak cukup didirikan “panitia ad hoc” saja yang bertugas membuat usul-usul konkrit kepada MAWI. Maka perlu dipertanyakan bahwa masalahnya bukan sekedar “situasi darurat” melainkan menyangkut soal strategi dasar yang dapat menunjang perkembangan Gereja lebih lanjut. Soal pemerataan tenaga pelayan imam dan rohaniwan-rohaniwati, PWI-KM dalam melaksanakan kegiatannya bekerjasama dengan LKG (Lembaga Konsultasi Gerejani) dan PPA (Pusat Penelitian Atmajaya) Jakarta.
Perkembangan selanjutnya dapat kita lihat secara terperinci dari keputusan-keputuasan MAWI sejak berdirinya PWI-KM.
Sidang MAWI 1978: secara prinsipal bermaksud mendirikan PWI-KM, dan menunjuk Mgr. Hardjasoemarta, MSC sebagai formaturnya. Kemudian Mgr. Hardja membentuk Badan Pengurus sementara PWI-KM pada pertemuannya tanggal 7-8 Oktober 1979 di Kolsani, Yogyakarta.
Sidang MAWI 1979: memutuskan mendirikan PWI-KM, dan menunjuk Bapa Justinus Kardinal Darmojuwono sebagai Ketua PWI-KM. Tugasnya, mengumpulkan data-data dan menjalankan pendekatan-pendekatan sebagai persiapan perencanaan untuk pemerataan tenaga pelayan (imam dan rohaniwan-rohaniwati) khususnya yang berrkaitan dengan masalah KIM-S. Dalam pelaksanaan tugasnya, PWI-KM didukung oleh PPA dan KLG, dan bekerjasama dengan KKI.
Sidang MAWI 1980: momok KIM-S tidak lagi terlalu menakutkan, maka para Bapak Uskup lebih menaruh perhatian pada pentingnya menanamkan “motivasi dan animasi misioner” sebagai tugas PWI-KM. Tugas ini praktis dikerjakan secara intensif oleh LKG dalam pembimbingan-pembimbingan lokakarya. Dalam rangka persiapan proses pemerataan tenaga pelayan imam dan rohaniwan-rohaniwati, MAWI memberikan tugas kepada PWI-KM untuk “memberi animasi dan motivasi semangat misioner dalam kerjasama yang erat dengan Karya Kapausan Indonesia (KKI).
Sidang MAWI 1981: Keputusan mengenai Karya Misioner lebih merupakan suatu himbauan agar keuskupan-keuskupan memperhatikan perencanaan, yaitu dengan membentuk “tim perencanaan” atau sekurang-kurangnya membentuk Penghubung untuk PWI-KM.
KEGIATAN PWI-KM
Tahun 1978 – 1982
PWI-KM ditugaskan oleh MAWI untuk bekerjasama dengan Pusat Penelitian Atmajaya (PPA) Jakarta Seksi Kegerejaan untuk mempersiapkan pengumpulan data-data perencanaan pemerataan tenaga imam, bruder dan suster. Kerjasama dengan MASRI, PPA, LKG dan KKI dalam rangka menumbuhkan semangat misioner melalui:
- refleksi dan pendalaman iman untuk kesaksian dan pewartaan;
- mempertemukan Sabda Injil dengan nilai budaya asli Indonesia;
- dialog di kalangan umat tentang perutusan keluar.
Bersama dengan LKG diadakan lokakarya-lokakarya dalam rangka pemerataan tenaga misioner domestik, mendorong proses inkulturasi melalui dialog dan refleksi untuk mengambangkan dan menjernihkan motivasi misioner.
Tahun 1983 – 1987
Untuk mengembangkan wawasan misioner dan menigkatkan usaha pendalaman semangat misioner, Direktur-direktur Diosesan Karya Kepausan Indonesia (Dirdios KKI) sekaligus menjadi Delegatus Komisi Karya Misioner (Delmis KKM). Hubungan dan kerjasama antara KKI dengan KKM dirumuskan dalam rangka usaha-usaha animasi dan formasi misioner. Inkulturasi, dialog dan refleksi menjadi kegiatan utama. Inkulturasi atau Indonesianisasi dilihat dalam kaitan dengan 3 aspek, yakni: masyarakat, agama lain dan kebudayaan.
Tahun 1988 – 1997
Usaha mendalami inkulturasi (Indonesianisasi) dan semangat misioner Gereja dilanjutkan. Studi Perkawinan Adat dan keterlibatan misioner Gereja Katolik dipelajari, dibahas dan diterbitkan antara lain: “Pendidikan Katolik”, “Wanita Katolik”, dan “Pendidikan Imam di Indonesia”.
Kerjasama misioner dengan FABC – Office of Evangelization dan Indian Missiological Review dijalani dengan baik. Kerjasama penelitian dengan CRI Alocita, Candraditya Ledalero, dan Sekolah Evangelisasi Malang juga telah dibangun. Demikian juga dilaksanakan penelitian tentang Gerakan Karismatik Indonesia, Hidup Beragama (Hubungan Islam – Katolik) dan Teologi Lokal atau Potret Gereja Pedesaan di Indonesia. Kerjasama penelitian dengan Pusat-pusat Penelitian Misiologi, AKSEK dan Pusat Kajian Perkembangan Masyarakat dilanjutkan. Terbitan “SAWI” dilanjutkan secara periodik.
Tahun 1998 – 2001
Kerjasama dengan CRI Alocita dalam bidang penelitian dilanjutkan. SAGKI 2000 dengan tema sentral Komunitas Basis sebagai cara hidup menggereja secara baru mendorong Komisi Karya Misioner mengarahkan diri mencari kerjasama dengan Lembaga Nasional Pelayanan Komunitas Basis (LNPKB) untuk usaha penelitian berkaitan dengan Komunitas Basis Gerejawi.
Tahun 2002 – 2007
Dalam kerjasamanya dengan CRI Alocita, Komisi Karya Misioner mengadakan penelitian awal tentang Komunitas Basis Gerejawi (KBG) di Regio Jawa (Mei 2002). Sidang KWI tahun 2003 memutuskan bahwa Direktur Nasional KKI sekaligus diangkat sebagai Sekretaris Eksekutif Komisi Karya Misioner KWI.***RH
PERJALANAN SEJARAH KOMISI KARYA MISIONER (KKM)
Bagian II
Tahun 2007 – 2010
Tahun 2007, kiprah KKM kurang terdengar hingga beberapa tahun berikutnya. Yang masih nampak tersisa peranannya adalah penerbitan majalah SAWI. Sementara itu rencana Kongres Misi Nasional pada Hari Minggu Misi Sedunia tahun 2009 telah mendapat persetujuan sidang KWI (2007), dan pelaksanaannya diserahkan kepada KKM (keputusan Sidang KWI 2008).
Ketika memasuki tahun 2009, KKM bersiap untuk menyelenggarakan Kongres Misi Indonesia (KMI), sebagai tindak lanjut dari semangat Kongres Misi Asia I di Chiang Mai, Thailand (18–22 Oktober 2006). Dalam perkembangan waktu, rencana Kongres KMI yang akan diselenggarakan oleh KKM “diambil-alih” oleh Sekretariat Jendral KWI karena beberapa pertimbangan – antara lain demi menghemat energi dan finansial – dan disatukan dengan SAGKI 2010. Tema yang diangkat masih mengacu pada tema yang sama, yaitu “Menghadirkan Wajah Yesus Dalam Keberagaman”. Karena tanggung-jawabnya sudah diambil-alih oleh Sekretariat Jendral KWI dan pelaksanaannya dipercayakan kepada Panitia Nasional SAGKI 2010, maka KKM hanya mendukung pekerjaan panitia nasional saja.
Tahun 2010 – 2012
Ketika KKM mulai memfokuskan diri pada “pengamatan” terhadap gejala-gejala kebangkitan kelompok-kelompok awam misioner, para Bapa Waligereja Indonesia kurang berkenan untuk membahasnya dalam sidang-sidang tahunan KWI dengan alasan: sebaiknya kelompok-kelompok semacam itu diserahkan wewenang reksa pastoralnya kepada keuskupan setempat di mana kelompok-kelompok itu berada. Sedangkan KKM tidak perlu intervensi terlalu jauh reksa pastoral yang menjadi wewenang keuskupan.
Tahun 2013 – 2014
Geliat baru KKM. Sadar bahwa KKM semakin kurang nampak aktivitas pastoralnya, maka sejalan dengan pergantian Ketua dan Badan Pengurus yang baru, KKM membangun semangat yang baru juga. Oleh karena itu, pada Juni 2013 yang lalu, KKM menyelenggarakan Pertemuan Nasional (Pernas) bagi para Delegatus Missionis (Delmis) KKM seluruh Indonesia. Pernas Delmis 2013 dimaksudkan sebagai ajang refleksi dan studi bagi para Delmis KKM yang tidak lain adalah para Dirdios KKI Keuskupan. Pernas Delmis 2013 ini menghasilkan sebuah Resolusi yang menjadi batu pijakan untuk mulai melakukan program-program pastoral-misioner.
Selanjutnya, bekerjasama dengan Biro Nasional Karya Kepausan Indonesia (BN-KKI), KKM-KWI akan merancang sebuah pertemuan tingkat regional, sebagai tindak lanjut dari Resolusi Delmis 2013, yaitu Pertemuan Delmis KKM Regio Jawa di Jakarta (Mei 2014), Regio Nusra di Weetebula (Juni 2014) dan Regio Sumatra di Palembang (Juli 2014). Ketiga perhelatan regional tersebut dimaksudkan sebagai implementasi cita-cita Resolusi Delmis KKM 2013 yang sekaligus menjalankan fungsi KKM-KWI sebagaimana diamanatkan oleh Direktorium KWI 2008 “untuk memupuk kesadaran dan tanggung-jawab misioner umat; meningkatkan panggilan dan formasi misioner umat; ke arah perwujudan Gereja partikluar (Indonesia)”.
Refleksi terhadap Perjalanan Sejarah KKM
Bila menelusuri dokumen-dokumen KKM, nampak jelas bahwa fokus pastoral KKM selalu berubah-ubah dari masa ke masa. Pada periode pertama berdirinya, KKM lebih menitik-beratkan pada hal-hal yang sangat praktis, yaitu memfasilitasi “pemerataan tenaga pelayan imam dan biarawan-biarawati (religius) di Indonesia”. Tetapi pada periode berikutnya, KKM lebih memfokuskan diri pada “studi dan penelitian”. Dan pada tahun-tahun terakhir ini, KKM mulai bersiap untuk melangkah lebih jauh dalam “program-program animasi dan formasi misioner”.
Dari sini nampak jelas dinamika KKM. Memang ada kesan seolah-olah KKM sedang berada di persimpangan jalan: mau memfokuskan diri pada “studi dan penelitian” atau mau memfokuskan diri pada hal-hal yang praktis seperti “program-program animasi-misioner”? Kesan itu tidak benar karena tujuan atau visi dari KKM adalah: “Membantu Waligereja mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran ke arah perwujudan Gereja partikular lewat studi, penelitian dan animasi di bidang pastoral misioner”. ***RH
Website KKI : http://www.kkindonesia.org/
Komisi Karya Misioner Keusukupan Agung Semarang
Keuskupan Agung Semarang mengajak anak-anak dan remaja sejak dini untuk mempunyai kesadaran misi.
Sejak dini kita dipanggil untuk bermisi. Kesadaran misi ini dilakukan melalui gerakan pendampingan iman berjenjang. Gerakan ini bisa dilakukan di paroki, di keuskupan maupun lintas keuskupan. Mulai dari Pendampingan Iman Usia Dini, Anak, Remaja, sampai Usia Lanjut.
Nah siapa yang memayungi dan mewadahi gerakan ini adalah KKM/ KKI.
Sejarahnya cukup panjang. Secara singkat KKM KAS diawali tahun1978 yang bertugas mengurus ketersediaan misionaris domestik bagi Gereja Indonesia, Rm Y.O.H. Padmasepoetra, Pr menjadi ketua KKM yang pertama.
Tahun 1991 melalui tim P3J KAS karya dikembangkan untuk menumbuh kembangkan keterlibatan kaum awam dalam gerak kemandirian Gereja. Di dalamnya terdapat upaya penggembalaan jemaat sejak dini. Saat inilah Tim P3J KAS mulai bertalian dengan Karya Kepausan Indonesia (KKI) pada Serikat Kepausan Anak-anak Misioner (Sekami).
Tahun 1998 KKM dan KKI menjadi satu dalam gerak bersama dengan Romo Y. Sudarmadi, Pr menjadi ketua KKM sekaligus Direktur Diosesan (Dirdios) KKI. Pada tahun 1998 Museum Misi Muntilan (MMM) hadir dan diharapkan menjadi Pusat Animasi Misioner (PAM).
Tahun 2002 Romo D. Bambang Sutrisno, Pr menggantikan posisi Romo Y. Sudar-madi, Pr sebagai ketua KKM dan Dirdios KKI. Dalam perkembangannya tim P3J melebur menjadi Tim Edukasi MMM PAM. SK Uskup Agung Semarang tanggal 15 Desember 2006 menetapkan MMM PAM menjadi sarana bagi KKM/KKI untuk menjalankan tugas-tugas perutusannya. Dalam surat itu pula dinyatakan bahwa di KAS, KKM dan KKI adalah satu, seperti keping mata uang : satu mata uang dengan dua sisi.
Kalau kita sarikan, di KAS, KKM/ KKI bermula dari KKI (Karya Kepausan Indonesia) dengan ke empat serikatnya (Serikat Misi untuk Anak/ Remaja, Pengembangan Iman, Pengembangan Panggilan & Paguyuban Misioner imam, religius dan awam). KKM KAS yang menjadi penerus pelaksanaan tugas misi.
KAS mempunyai MMM (Museum Misi MuntiIan) sebagai salah satu warisan misi dijadikan Pusat Animasi Misioner yang disebut MMM PAM. Sementara ini KKM KAS baru akrab dengan PIA-PIR/ sekolah minggu sebagai jaringan penerus pelaksanaan tugas misi. Maka, jaringan PIA - PIR ini yang menjadi perpanjangan gerak KKM sampai pada tingkat paroki/ lingkungan.
Untuk saat ini fokus perhatiannya KKM KAS masih dominan pada Misi untuk Anak dan Remaja, kedepan akan dikembangkan lebih jauh untuk serikat yang lainnya.
Istilah KKM/ KKI tidak masuk di paroki sehingga kurang begitu akrab di paroki. Diparoki yang lebih dikenal istilah PIUD, PIA, PIR, PIOM, PID dan PIUL.
KKM KAS membangun kepengurusan pada tingkat Keuskupan ada:
- Pengurus Harian (ketua, sekretaris, bendahara & anggota)
- Pengurus inti (Pengurus Harian, Wakil jaringan misioner, Tim Edukasi MMM PAM, dan Koordinator-koordinator KKM Kevikepan)
- Pengurus Pleno (pengurus Inti, Tim Ja KKM Kevikepan dan Wakil Jaringan Tim Ja Pengembangan Umat.
Di KAS ada 4 Kevikepan meliputi : Kevikepan Semarang, Kevikepan Kedu, Kevikepan Surakarta dan Kevikepan DIY.
Museum Misi Muntilan
- Museum khusus yang menekankan pengembangan nilai - nilai karya misi Keuskupan Agung Semarang ( KAS ) rintisan Pater Frans Van Lith, SJ.
- Lembaga karya pastoral KAS yang merupakan konsursium Keuskupan Agung Semarang, Serikat Yesus Provinsi Indonesia dan Konggregasi Bruder FIC Provinsi Indonesia.
- Pemersekutu jaringan gerakan - gerakan misioner untuk menumbuhkembangkan Gereja lokal.
- Menyajikan koleksi atau peristiwa masa lampau pada kini dan sekaligus menjadikan peristiwa sejarah itu sebagai dasar yang kokoh untuk membangun masa depan.
- Museum Misi Muntilan beralamat di Jl. Kartini 3, Muntilan 56411, Magelang, Jawa Tengah. Telp (0293) 587522
Visi
Museum Misi Muntilan sebagai Pusat Animasi Misioner yang mengobarkan semangat misi berdasar inspirasi Rama Van Lith untuk menumbuhkembangkan Gereja Keuskupan Agung Semarang.
Misi
Ikut ambil bagian dalam pengembangan Gereja yang bermakna bagi warganya dan masyarakat dengan :
- Pengembangan iman umat pada umumnya ( propagation of faith )
- Pengembangan iman anak dan remaja ( missionary childhood )
- Pengembangan panggilan iman dan hidup bakti ( Saint Peter The Apostle )
Tujuan
Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner bertujuan untuk ikut ambil bagian menjamin berkembangnya Gereja Lokal KAS sebagai persekutuan paguyuban - paguyuban murid - murid Tuhan Yesus Kristus
Bidang Kajian
Bidang Edukasi
Bagian karya Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner yang menghidupkan Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner dengan merumuskan dan mengembangkan konsep misioner berdasarkan sejarah karya misi Keuskupan Agung Semarang dan pegangan pengembangan iman, yaitu Kitab Suci, Tradisi Magisterium dan tanda - tanda zaman.
Bidang Koleksi
Bagian karya Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner yang mencari, mengumpulkan, menafsirkan nilai - nilai misionernya dan menata dalam sajian, berbagai benda koleksi berdasarkan konsep - konsep misioner dari bidang edukasi Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner.
Bidang Preparasi dan Konservasi
Bagian karya Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner yang mengelola pemeliharaan dan pengembangan gedung serta sarana dan prasarana lain yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan pengembangan Museum Misi Muntilan Pusat Animasi Misioner.
website/blog : http://pusatanimasimisioner.blogspot.co.id/
0 Komentar