Akulah yang Memilih Kamu


"Panggilan Tuhan tidak pernah jelas, tidak sejelas yang kita dengar.  Ia datang tanpa suara, namun tidak pernah memaksa kebebasan kita,' kata Paus Fransiskus.
Setiap tahun Gereja Katolik merayakan Hari Doa Mohon Panggilan Sedunia. Di hari yang khusus ini, Gereja mengajak kita untuk bersyukur, seraya berdoa memohon kepada Sang Empunya tuaian agar bersedia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian di kebun anggur-Nya.

Mengapa memohon Panggilan? 
Mungkin kita akan bertanya, "Apa pentingnya, kita merayakan Hari Doa Mohon Panggilan ini?" Dalam sejarahnya, Gereja melihat bahwa panggilan secara khusus menjadi imam, biarawan-biarawati adalah hal yang sangat penting bagi Gereja universal. Panggilan khusus ini menjadi suatu tanda cinta kasih Allah yang nyata kepada umat manusia. Menurut Paus Fransiskus, "banyaknya panggilan, menjadi suatu tanda hidupnya iman dalam scbuah keluarga atau komunitas." Maka dapat dikatakan, keluarga-keluarga yang penuh iman dan cinta kasihlah menjadi tempat persemaian benih-benih panggilan.

Pada tahun 1963, Pius XII mendirikan sebuah Serikat Kepausan Pengembangan Panggilan. Paus Pius XII, melihat pentingnya panggilan imam ini. Teks Kitab Suci yang menjadi acuannya adalah "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya la mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu" (bdk. Luk 10:2). Melalui kata-kata Yesus ini, Gereja juga menetapkan hari, di mana seluruh umat Allah memohon agar Tuhan mengutus pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

Mendengarkan dan membuka hati 
Mendengarkan dan membuka hati adalah hal yang sangat penting dalam panggilan. Seseorang perlu mendengarkan suara Tuhan, mampu membedakan Roh yang berasal dari Tuhan, diri sendiri atau si jahat, serta menghidupi panggilan yang telah dipilihnya. Di tengah kesibukan dan hiruk pikuknya dunia, akan menjadi sulit untuk mendengarkan suara Tuhan.

Begitu juga untuk membedakannya. Diperlukan suatu relasi yang baik dalam doa, dalam keheningan dan ketulusan hati mengundang Roh Kudus, untuk hadir dan membisikkan Roh-Nya dalam hati kita.

Panggilan khusus masih menjadi misteri Allah. Paus Fransiskus dalam pesannya di tahun 2018, mengatakan, "Panggilan Tuhan tidak pernah jelas, tidak sejelas yang kita dengar. la datang tanpa suara, namun tidak pernah memaksa kebebasan kita". Maka dalam hal ini, diperlukan suatu cara untuk mendengarkan bisikan-Nya dengan membuka mata hati kita pada kehendak Allah sendiri. Ada yang ingin sekali menjadi imam atau biarawan-biarawati, tapi tidak bisa karena berbagai alasan, atau sebaliknya, orang yang tidak ingin menjadi imam, biarawan-biarawati, tapi karena suatu peristiwa tertentu, ia berani memutuskan untuk panggilan tersebut. Walaupun, ada banyak tantangan dan rintangan namun masih banyak orang-orang yang setia dalam mengikuti panggilan-Nya menjadi imam, biarawan-biarawati, dan misionaris.

Mengapa demikian? Orang yang berani memutuskan untuk mengikuti Yesus, berarti ia telah menemukan sesuatu hal yang berharga. la berani meninggalkan semua demi yang berharga ini. Seperti kisah seorang yang me-nemukan mutiara, ia rela menjual semua hartanya dan membeli muti-ara tersebut (bdk. Mat 13:45-46). Yesus itu adalah Mutiara, ketika kita menemukan-Nya, kita berani korbankan yang lain demi Mutiara tersebut. Ada sukacita yang dialami. Dan sukacita ini menjadi penuh, karena sesuai harapan dan hatinya. Panggilan menjalani imamat dan hidup bakti merupakan anugerah ilahi khusus di dalam rencana kasih dan penyelamatan Allah bagi seluruh umat manusia.

Akulah yang memillh kamu 
Bagaimana caranya agar dalam menjalankan panggilan Tuhan senantiasa bersukacita? Orang yang terpanggil adalah orang yang terpilih. Tuhan memilih-Nya. Hal ini harus disadari dan dihayati dalam hidup orang terpanggil. Yesus berkata, "Bukan kamu yang memilih Aku, melainkan Akulah yang memilih kamu" (bdk. Yoh 15:16). Pilihan Allah ini harus tetap kita jaga dengan jalan menjalin relasi yang lebih dalam dengan-Nya melalui doa-doa kita. Berdoa menjadi waktu yang isti-mewa untuk bertemu dengan-Nya. Berdialog dan berbagi dengan Tuhan dalam segala suka dan duka, seperti yang dilakukan Yesus dalam hidup-Nya. Dalam segala penderitaan-Nya pun, Ia melibatkan Allah Bapa-Nya, "Ya Bapa, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini berlalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (bdk. Mat 26:39).

Paus Emeritus Benediktus XVI mengatakan, "Doa adalah inti dari relasi kita dengan Kristus, dan dalam beberapa arti lain, doa merangkum dan merefleksikan kchidupan Kristiani yang kita jalani. Doa adalah suatu usaha yang berpusat pada Tuhan. Doa tidak dapat berpusat pada diri sendiri, scbagaimana halnya dengan iman kita tidak bisa ber-pusat pada diri sendiri, melainkan pada Allah."

Sukacita sclalu dalam Tuhan 
Sebuah kerinduan Tuhan ketika umat pilihan-Nya mengalami sukacita. Allah memanggil umat pilihan-Nya agar bersukacita selalu dalam mewartakan kasih Allah. Injil adalah Kabar Sukacita. Bagaimana mungkin jika kita mau mewartakan Kabar Sukacita, sementara kita bersedih hati? Seperti Paus Fransiskus mengatakan, "Menjadi pewarta Kabar Sukacita, jangan seperti orang pulang dari kuburan, yaitu dengan kemurungan dan kesedihan."  Sukacita sejati akan lahir jika kita senantiasa bersyukur dan menaruh hati kita pada Sang Sumber Cinta Kasih, yaitu Allah sendiri. Dialah sumber sukacita sejati. Dialah yang akan memberikan kekuatan dalam menjalankan segala tugas dan karya-karya-Nya di tengah dunia ini.

"Orang yang terpanggil tetap peka terhadap suara Tuhan dan mencermati betul kehendak Allah dalam dirinya; siap mengabdikan diri pada rencana ilahi, dan metna-hami secara benar tuntutan panggilan imamat dan hidup bakti serta menghayatinya dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh keyakin-an " ungkap Paus Fransiskus.

Posting Komentar

0 Komentar