Jejak Harapan Maria di Kartasura

Jejak Harapan Maria di Kartasura
Sharing umat dengan frater di acara minggu panggilan Paroki Santa Maria Kartasura . (Dok : Ist)


Hari itu, beberapa umat yang tergabung dalam Tim Kerja Pemerhati Panggilan Paroki Santa Maria Kartasura berkumpul bersama dengan beberapa kaum muda dan saling sharing mengenai benih-benih panggilan yang sepertinya terlihat belum terlalu subur di Kartasura ini. Hingga muncullah suatu gagasan untuk menanggapi hal itu dengan mengadakan kegiatan Minggu Panggilan yang bertepatan pada tanggal 12 Mei 2019. Bahkan ada seorang kaum muda tersebut yang bercerita bahwa sudah lama gereja ini tidak mendatangkan para seminaris, seperti frater, bruder bahkan suster. Dia teringat, terakhir kali mengikuti kegiatan seperti itu di Kartasura ini sudah sekitar 2008/2009 yang lalu. Ternyata cukup lama. Mungkin hal inilah yang menjadi salah satu faktor banyak kaum muda yang belum merasa “terpanggil” khususnya di wilayah Paroki Santa Maria Kartasura ini.

Melangkah bersama
Persiapan dilakukan dengan sebaik mungkin, di setiap hari demi hari agar kegiatan Minggu Panggilan tersebut dapat berjalan dengan baik. Dengan tujuan utama yaitu untuk menggugah umat agar semakin sadar untuk berani ambil bagian dalam menuai benih-benih panggilan hidup bakti. Beberapa kongregasi diundang untuk ikut terlibat dalam kegiatan tersebut sekaligus memberikan kesempatan bagi setiap kongregasi untuk membuka diri pada umat. Bersama Fr. Kristi dan Fr. Adit dari Kentungan, Fr. Wawan SJ dan Diakon Dodo SJ dari Kolsani Yogyakarta, Br. Andri FIC dari Semarang, Sr. Kristin AK bersama Mas Pras yang istimewa dengan talenta yang dimilikinya, Sr. Jeanet MASF bersama dengan Mba April, Sr. Verena SFS dan Sr. Birgitta SFS dari Sragen, Sr. Miryam PI, Sr. Elisa PPYK dari Pakem, dan Sr. Paula OSF kegiatan Minggu Panggilan tahun ini dapat terasa semakin hidup.

RD. Aloysius Dwi Prasetyo bersama anak-anak Sekami Santa Maria Kartasura yang berkostum bak romo dan suster
RD. Aloysius Dwi Prasetyo bersama anak-anak Sekami Santa Maria Kartasura yang berkostum bak romo dan suster 

Kegiatan diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD. Aloysius Dwi Prasetyo dengan perarakan bersama teman-teman Sekami Santa Maria Kartasura yang berkostum bak romo dan suster kecil sejumlah 16 anak. Dalam homili, Rm. Cece mengatakan bahwa dengan usia paroki yang sudah 49 tahun ini baru ada 4 imam dan 2 suster yang berasal dari paroki ini. Untuk itu dengan diadakannya Kegiatan Minggu Panggilan ini semakin banyak umat yang terpanggil, terlibat dan tertarik untuk menjadi romo, suster, maupun bruder. Setelah Perayaan Ekaristi, kegiatan dilanjutkan dengan Paskah Anak bersama PIA, PIR, dan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) serta sharing bersama frater dan suster yang telah hadir menanggapi undangan yang diberikan.

Menapaki jalan baru
Umat sangat antusias dalam kegiatan dinamika bersama PIA, PIR, dan ABK yang dikemas menjadi satu dengan Paskah Anak. Begitu antusiasnya, ruangan Aula Adrianus hingga terlihat begitu sesak. Digawangi Sr. Kristin dan Br. Andri bersama Timja PIA, acara tersebut dikemas dengan beberapa nyanyian dan permainan. Selain itu, sharing bersama umat dan OMK pun juga tidak kalah menarik. Dipandu duo OMK yang ganteng dan cantik, acara sharing dikemas ciamik. Dengan lagu-lagu dan permainan kecil diusung agar kegiatan sharing tidak membosankan dan antara umat, OMK, juga frater serta suster pun dapat saling mengenal.

Suasana sharing suster dengan OMK

Dalam sharing ini dibagi menjadi 10 kelompok dimana masing-masing kelompok didampingi oleh satu orang suster atau frater. Hal ini dilakukan agar materi sharing lebih tepat sasaran dan akan ada timbal balik dengan umat dan OMK dalam kelompok kecil tersebut. Tidak hanya sharing saja, di akhir sesi tiap-tiap kelompok diminta untuk mengemas hasil sharing dalam bentuk lagu, puisi, ataupun drama. Tiap-tiap kelompok begitu antusias dan mempersiapkannya dengan baik. Ada yang lagunya ternyata sudah dipakai kelompok lain sehingga harus mencari dan menggunakan lagu lain. Walaupun siang begitu terik saat itu tidak membuat para frater, suster, umat, dan OMK menjadi gusar atau lemas. Semua terlihat begitu semangat dan ikut bergoyang ketika ada kelompok yang bernyanyi. Suasana ini begitu jarang terjadi, yang merupakan hal baru bagi kami umat Kartasura.

Menyatukan hati dalam jejak yang baru
Ya, semoga dengan adanya kegiatan ini, jejak-jejak dalam dinamika juga sharing bersama tidak akan hilang begitu saja. Melainkan menjadi satu dalam satu kerinduan yang nantinya akan ditanggapi satu per satu. Hidup adalah kesempatan yang selalu dimiliki oleh semua orang, bagaimana akhir dari hidup itu semua tergantung dari dia yang memilih jalannya. Setiap jalan pastinya tidak akan mulus-mulus saja, pastinya akan ada jalan yang berliku, bergelombang, bahkan berlubang. Sejalan dengan mereka para romo, frater, suster, dan bruder yang menapaki jalan panggilan Tuhan tidak akan mulus-mulus saja. Maka dari itu, perlulah dukungan dari seluruh umat untuk mendoakan mereka agar tetap setia dalam menapaki jalan itu.


Serupa tapi tak sama, para umat juga sebaiknya senantiasa untuk selalu mendukung dan mencari benih-benih baru, syukur-syukur kita sendiri ikut menjawab “dering telepon” Tuhan yang masuk ke smartphone kehidupan ini. Tidak untuk didiamkan atau direject melainkan diangkat dan mencoba untuk menanggapinya. Tidak ada salahnya untuk mencoba, tapi bukan juga dijadikan sebagai hal untuk main-main. Mari menyatukan hati bersama Bunda Maria pelindung Paroki Kartasura dan melangkah bersama untuk tujuan yang satu, Yesus Kristus sendiri.

Galeri foto klik disini

Penulis dan foto : Yustinus Agrin

Posting Komentar

1 Komentar

  1. Salut sama paroki St.Maria Kartasura. 👏Semoga ke depannya makin banyak yg terpanggil untuk menjadi romo, suster, dan bruder.🙏🤗

    BalasHapus