MENJADI ALAT TUHAN UNTUK MEMBANTU SESAMA
Oleh : Mei Mia Solarbesain
Setiap hari bahkan setiap saat ketika berhadapan dengan umat stasi-stasi pinggiran, pasti kita selalu menemukan pengalaman yang unik. Salah satu pengalaman unik yang dapat saya bagikan di sini adalah cara bernyanyi umat. Uniknya adalah sebagian besar umat di stasi pinggiran, saat bernyanyi lagu-lagu gereja (terutama dalam buku Madah Bakti) nada-nada dalam bernyanyi itu selalu di sesuaikan dengan budaya mereka sendiri. Tarikannya lebih lama bahkan lagu yang seharusnya di nyanyikan ringan dan cepat pun akan di tarik-tarik. Hal ini bagi saya merupakan pengalaman yang unik, karena pengalaman ini saya temukan bukan hanya di satu stasi saja tetapi terjadi hal yang sama juga di hampir semua stasi.
Perasaan yang muncul saat berhadapan dengan situasi itu adalah memaklumi situasi yang ada. Mengapa harus di maklumi ? karena keterbatasan pengetahuan umat di kampung-kampung nyata terlihat. Tidak ada tenaga pastoral atau katakis yang di tugaskan di kampung-kampung untuk melatih umat di kampung-kampung sehingga umat berjalan apa adanya sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pengetahuan mereka. Mereka biasanya mengharapkan bantuan dari beberapa tenaga guru yang di tugaskan di tempat mereka, tetapi pada kenyataanya, guru-guru yang dimaksud jarang berada di kampung tempat mereka di tugaskan.
Selama beberapa kali saya terlibat dalam pelayanan di stasi-stasi pinggiran, hal yang menjadi fokus perhaatian saya adalah anak-anak dan kaum muda, karena bagi saya, anak-anak dan kaum muda adalah generasi penerus gereja, sehingga mereka perlu di dampingi dan di latih. Hal yang sangat mendasar bagi saya adalah sebagai orang katolikm identitas kekatolikan diri kita terlihat jelas pada saat kita membuat tanda salib. Maka pendampingan yang saya lakukan lebih pada cara membuat tanda salib yang benar, belajar doa-doa pokok, dan melatih mereka untuk membaca.
Nilai-nilai yang saya dapatkan selama pelayanan adalah cinta dan pengorbanan. Saya hadir di tengah-tengah umat yang ada di stasi pinggiran karena cinta saya kepada mereka. Karena cinta kepada mereka, maka saya bisa mengorbankan waktu, tenaga, dan ilmu yang saya miliki untuk membangun umat yang ada di tempat dimana saya layani.
Refleksi dari diri saya sendiri adalah saya merasa diri saya dengan semua keterbatasan saya ini Tuhan pakai sebagai sarana dan alat untuk bisa membantu sesama. Saya percaya bahwa dengan keterbatasan diri saya ini, ketika saya berada di tengah-tengah umat dengan niat yang baik, pasti Tuhan lengkapi segala keterbatasan diri saya ini dengan berkatNya.
0 Komentar