Profil Kampung Aiwat
Oleh FX. Galih Wirahadi
Kampung Aiwat terdiri dari 62 KK dengan umat sebanyak 264 jiwa. Batas kampung ini sebelah barat dibatasi oleh sungai Digul sebelah utara jalan menuju jalan besar yang menuju ke distrik Subur, Sebelah timur dibatasi oleh hutan, dan sebelah selatan dibatasi oleh hutan. Kampung ini memiliki satu perempatan jalan, dimana jalan kalau dari alarah pelabuhan naik akan mengantar ke perempatan jalan ini. Dan rumah-rumah penduduk juga mengikuti arah jalan dari perempatan ini. Mereka membangun rumah di kanan kiri jalan. Paling banyak yang ada rumah penduduknya ada dibagian utara dari permpatan jalan. Lalu yang kedua di bagian selatan. Bagian timur hanya ada 6 rumah. Sedangkan bagian barat tak ada rumah karena itu jalan naik dari arah pelabuhan.
Kampung Aiwat ini masuk dalam distrik Subur. Dikampung ini aliran listrik dari negara belum masuk. Listrik ada jikan generator dijalankan. Untuk kegiatan hari raya, biasayan kampung ini mendapat bantuan bensin dari perusahaan. Untuk Paskah ini mendapat 20 liter bensin. 10 liter untuk ibadat Kamis Putih dan 10 liter untuk ibadat Sabtu Paskah. Dulu saat harga karet masih tinggi, satu bulan penuh listrik bisa menyala. Namun saat ini, kampung jika malam hari menjadi gelap.
Karena warga tak mampu beli bahan bakar untuk generator.. ada kurang lebih 40 KK yang setiap bulan ditariki untuk beli bahan bakar untuk generator. Dan dari 40 itu separonya yang mampu bayar, itulah yang mengakibatkan kapung ini gelap jika malam hari.
Kampung ini jumlah anak-anak kecil usia PAUD sangat banyak sekali. Ada satu Sekolah Dasar namanya SD YPPK Santo Yosep. Karena tak ada TK dan PAUD maka, anak-anak Balita ini jika sudah umurnya akan langsung masuk ke Sekolah Dasar. Jadi mereka akan belajar membaca saat mereka masuk kelas 1. Jika anak-anak kelas enam ingin melanjutkan ke SMP, maka mereka akan pergi ke Subur, karena di Aiwat tak ada SMP. Menurut Yosefina, anak AIwat yang sekolah di Subur, jika jalan kaki dari Aiwat ke Subur menempuh waktu 1 jam. Itu sudah merupakam jalan pintas. Jadi jalan kaki masuk ke hutan. Begitupula saat mau melanjutkan ke SMA, banyak anak yang akan melanjutkan Sekolahnya di Getentiri atau di Asiki. Namun di Subur juga mau akan di bangun SMA.
Kampung Aiwat mayoritas penduduknya katolik. Dengan dipimpin ketua dewan stasi Bapak Bernadus Kanduka.. Kapel nya memiliki pelindung Santa Maria. Maka setiap selesai ibadat selalu ada doa Salam Maria.. Penduduk kampung Aiwat adalah suku Mandobo. Dikampung ini, mayoritas warganya juga masih berburu di hutan., unmtuk mendapatkan makanan. Berburu babi, rusa hingga buaya. Aktivitas yang dilakukan di sugai Digul biasanya mereka memancing udang dan ikan.. Saat ini penduduk mulai sadap karet lagi, setelah hampir 2 tahun lamanya mereka malas sadap karet dikarenakan harganya yang jatuh. Mereka sedang berbusaha untuk memperbaiki kualitas dari hasil olehan karetnya, supaya harga tidak jatuh.
Untuk mengandalkan kepreluan sehari-hari untuk mandi, untuk mencuci mereka menggunakan tandon-tandon air atau bak-bak air dari air hujan. Mengingat tanah disini merupakan tanah liat. Jadi jika hujan, tanah tak mampu meresepkan air. Lalu hanya mengalir dibuang ke sungi. Untuk mendapat kan air bersih atau air sumur. Penduduk harus jalan kaki menuju pompa-pompa sumur, biasanya mereka menggunakan drigen-drigen kecil air.
Penduduk disini sangat ramah-ramah sekali. Jika mereka cerita tak pernah kekurangan bahan. Ada penduduk yang pelihara rusa, hasil tangapan dihutan, ada juga yang pelihara kaswari. Rencananya dari pemerintah akan dibagun dermaga pelabuhan yang besar di samping kapung AIwat ini. JIka ini benar-benar terjadi makan lima tahuan lagi kampung ini sudah akan ramai oleh para pendatang yang mencari rejekai dari sektor pelabuhan ini. Semoga penduduk kampung AIwat ini sudah siap, dan tetap memegang teguh prinsip iman katolik mereka.
0 Komentar