Kegiatan Pelatihan Pendamping Remaja Kevikepan Kedu dan DIY

 I.   Latar Belakang 
Umat Keuskupan Agung Semarang kiranya akan semakin  sering mendengar kata Formatio Iman Berjenjang. Formatio Iman Berjenjang memiliki urutan berdasarkan kelompok usia, yaitu : 1). Pendampingan Iman Usia Dini (PIUD) dengan rentang usia dari 1 s/d 5 tahun; 2). Pendampingan Iman Anak (PIA) dengan rentang  usia dari 6 s/d 11 tahun; 3). Pendampingan Iman Remaja (PIR) dengan rentang usia 12 s/d 15 tahun; 4). Pendampingan Iman Orang Muda (PIOM) dengan rentang usia 16 s/d 35 tahun dan belum menikah; 5). Pendampingan Iman Orang Dewasa (PIOD) dengan kategori umat yang sudah menikah dan usia masih dibawah 60 tahun; 6). Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) dengan rentan usia 60 tahun keatas.

Sampai saat ini, semakin banyak paroki yang mencoba menjalankan program formatio iman berjenjang ini seturut dengan kondisi di tempatnya masing-masing. Ada kelompok tertentu yang sedemikian semarak dan banyak mendapat perhatian dalam pembinaan iman, seperti kelompok PIA, namun ada juga kelompok yang meskipun  sudah diusahakan sedemikian rupa masih jauh dari harapan yang dicita-citakan. Pembinaan dalam jenjang remaja, kiranya juga lebih sering memunculkan banyak permasalahan, dibadingkan dengan ungkapan-ungkapan yang membanggakan.

Semua pihak mengakui bahwa pembinaan iman/ formatio bagi kaum remaja sama penting dibandingkan jenjang yang lain. Perlu diupayakan agar tidak terjadi “saat yang hilang ” dalam pembinaan bagi kaum remaja. Jika melihat jumlah penerima Sakramen Krisma di paroki-paroki bisa dilihat bahwa jumlah kaum remaja bisa dikatakan relative banyak. Biasanya mereka kemudian akan diarahkan untuk bergabung dengan komunitas misdinar.

Dalam gerak formatio Iman berjenjang, terutama dalam konteks jenjang remaja kiranya tidak perlu ada pertentangan antara Peminaan Iman Remaja (PIR), degan komunitas Misdinar (Putra/i Altar). Yang menjadi focus adalah bagaimana agar dalam masa remaja, disaat tahapan seseorang bergerak mencari jati diri, putera-puteri Gereja tetap terdampingi imannya.  

Guna menjawab salah satu persoalan dalam pembinaan iman remaja yakni minimnya keberadaan, ketrampilan dan pengetahuan pihak pendamping iman remaja, kiranya diperlukan adanya pertemuan untuk saling berbagi pengalaman dan menimba semangat, pengetahuan dan ketrampilan agar semakin berani dan tepat bergerak mendampingi iman para remaja katolik.

Untuk itu, Komisi Karya Misioner KAS yang dipercaya ikut mengembangkan pembinaan iman bagi anak dan remaja mencoba  mengajak semua pendamping remaja di setiap paroki untuk ikut dalam kegiatan pelatihan dan pembekalan guna membimbing remaja-remaja di paroki masing-masing sehingga tetap mendapatkan sapaan dan memiliki bekal iman yang kuat untuk ke jenjang selanjutnya.

II.    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai melalui acara Pelatihan bagi Pendamping Iman Remaja Katolik Keuskupan Agung Semarang ini adalah :
1.  Menumbuhkembangkan Tim Pendamping Iman Remaja yang mau dan mampu, hadir, menemani serta berkembang bersama para remaja.
2.  Ada pendampingan iman bagi remaja di seluruh paroki yang berada di Kesukupan Agung Semarang.
3.  Remaja Paroki tahu bahwa di paroki ada tim pendamping untuk melaksanakan kegiatan.

III.    Pelaksanaan
a.       Metode
Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk pelatihan, yang mendatangkan nara sumber yang berkompeten di bidangnya. Berangkat dari nilai positif dan potensi yang ada.Metode yang digunakan adalah Pembelajaran Orang Dewasa, dimana setiap orang bebas mengemukakan pendapat, sharing pengalaman dan diskusi bersama.

c.      Alur pelatihan
Alur materi pelatihan kami gambarkan seperti dalam diagram di bawah ini :



a.       Proses pelatihan :

Hari I
Bertempat di Wisma Salam, muntilan, para peserta yang telah tiba diminta untuk melakukan pendaftaran ulang sekaligus menyerahkan isian assessment yang diberikan sebelumnya melalui paroki masing-masing.

Sesi awal di buka dengan perkenalan peserta yang diselingi dengan ice breaking. Dijelaskan pula alur pelatihan yang akan dilalui oleh peserta dan dilanjutkan kesepakatan kelas. Sesi berikutnya diisi oleh  teman-teman dari K3AS. Sesi ini menggali kondisi pendampingan remaja di masing-masing paroki dan bercerita pengalaman pelayanan peserta dalam hal pendampingan, di sesi ini peserta dibagi menjadi beberapa kelompok.Setiap kelompok difasilitasi oleh seorang teman dari K3AS yang bertugas menggali cerita peserta sekaligus melakukan assessment mengenai seberapa jauh pendampingan yang dilakukan masing-masing peserta.

Masih di sesi yang sama, peserta juga diajak melihat bahwa “Kita punya potensi, pengalaman, dan punya hati”, berangkat dari itu, lalu “seberapa banyak yang bisa kita berikan untuk melayani orang lain?” berangkat dari refleksi   “burung pelican”, yang rela mati demi kehidupan anak-anaknya. Juga diceritakan tokoh-tokoh inspiratif yang menjadi perwujudan hadirnya gereja dalam kehidupan nyata.

Keterampilan membuat Journaling menjadi tambahan skill yang di dapat peserta sebagai sarana refleksi diri.Peserta diminta menuliskan setiap hari refleksi mereka dalam sebuah buku yang sudah disediakan. Sesi hari pertama ditutup dengan doa malam.

Dokumentasi :



Hari Kedua
Di hari berikutnya, semua peserta diwajibkan bangun pagi.Pagi ini diawali dengan kegiatan di luar.Peserta diajak berjalan menuju ke kali Krasak lewat jalan yang sudah ditunjukkan oleh teman-teman dari komkep.Semua peserta mengikuti kegiatan tersebut, meskipun saat perjalanan, medannya tidak mudah untuk dilalui.peserta yang sudah paruh baya pun tetap bersamangat dan ikut terlibat. Sesampainya di kali Krasak, semua peserta diminta untuk mencelupkan kakinya kedalam air sungai yang mengalir.Sejenak  menikmati suara alam (aliran air, burung-burung di udara, hembusan angin,). Peserta diajak untuk mensyukuri atas hari baru ini, ksempatan baru, dan kasih Tuhan yang selalu baru setiap harinya.Semua peserta memejamkan mata, merasakan dan menikmati energi alam saat itu.Setelah beberapa saat, lalu peserta diajak untuk memilih dan mengambil satu benda  yang ada disitu, misalnya rumput, batu, air, akar, dan lain-lain. Peserta diminta mengambil benda yang bisa menggambarkan atau mencerminkan dirinya dalam mendampingi remaja di Paroki dan menjelaskan mengapa mereka memilih benda itu serta refleksinya. Selesai berkegiatan di sungai peserta kembali ke lokasi pelatihan.

Setelah di hari pertama peserta di ajak melihat peran mereka sebagai seorang pendamping.Maka di hari kedua ini peserta mulai dibekali pengetahuan baru, melihat siapa itu remaja dari sudut pandang ilmu psikologi. Dalam sesi ini di bahas lebih lanjut siapa itu remaja, karakteristik remaja, fase sosioemosi remaja, sampai dengan bagaimana cara memahami remaja. Difasilitasi oleh nara sumber yang benar-benar memiliki latar belakang ilmu psikologi, Ibu Metha, yang profesi sehari-harinya sebagai dosen psikologi Universitas Sanata Dharma.

Tema diskusi yang diangkat adalah melihat fenomena-fenomena remaja jaman now dan bagaimana menyikapinya.Peserta diminta melakukan presentasi secara berkelompok untuk hasil diskusi ini.

Sesi penugasan siang paska sesi psikologi, peserta diajak untuk melihat potensi paroki masing-masing.Potensi  yang bisa menjadi faktor pendukung pendampingan remaja, serta imaji mereka terhadap pendampingan remaja di paroki mereka masing-masing.Sesi ini dilakukan secara berkelompok sesuai paroki masing-masing dan di damping satu orang panitia di setiap paroki untuk menggali lebih dalam hasil diskusi peserta.

Setelah istirahat siang, sesi sore diisi dengan temapola komunikasi dengan remaja, dilakukan dengan metode permainan semi outbound, dimana dalam setiap permainan memiliki tujuan yang menekankan pada bagaimana melakukan komunikasi yang efektif untuk remaja.Pemaknaan dari semua permainan yang diberikan dan mencari benang merah materi yang diberikan di awal hingga sesi malam, menjadi penutup sesi kedua ini.

Dokumentasi :






Hari Ketiga
Sesi hari ketiga diisi oleh teman-teman dari Kokerma.Tema yang diangkat adalah metode pendampingan remaja yang efektif.Kokerma memulai sesi dengan bercerita profil Kokerma dan kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan Kokerma.Beberapa teman Kokerma sharing pengalaman mereka bergabung dalam kegiatan Eucharist Youth Movement (EYM).Sedikit mengulang sesi materi yang sudah diberikan di sesi hari kedua mengenai karakteristik remaja, namun ada tambahan dengan diberikannya tips bagaimana pendekatan bisa dilakukan dalam pendampingan remaja. Garis besar metode pendampingan remaja yang efektif diberikan, namun masih sebatas permukaan

Sesi akhir diisi dengan membuat Rencana Tindak Lanjut yang di pandu oleh teman-teman pengurus dari KKM Kedu dan ditutup dengan kesimpulan proses dari awal hingga akhir oleh Romo Tri Nugroho.

I.        Hasil Pelatihan

1. Merujuk pada lembar evaluasi yang dibagikan ke peserta :
   Kevikepan Kedu; 76% peserta     menyatakan materi dapat mereka serap dengan baik dan bermanfaat   dalam pendampingan.
  Kevikepan DIY; 92% peserta     menyatakan materi dapat mereka serap dengan baik dan bermanfaat   dalam pendampingan
2.  Ada peta potensi dan kekuatan paroki. Dari peta tersebut bisa dijadikan bekal melihat daya dukung kegiatan pendampingan remaja di masing-masing paroki.
3. Ada Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang dibuat peserta per paroki. Harapannya RTL menjadi acuan KKM Kevikepan untuk melakukan   supervisi untuk kemudian meneruskan hasil supervisi ke KKM KAS.




PELATIHAN PENDAMPING IMAN REMAJA KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2018

Nama Kegiatan:
PELATIHAN PENDAMPING IMAN REMAJA KEUSKUPAN AGUNG SEMARANG 2018

Tujuan :
        Menumbuh kembangkan Tim Pendamping Iman Remaja yang mau dan mampu, hadir, menemani serta berkembang bersama para remaja.
        Ada pendampingan iman bagi remaja di seluruh paroki yang berada di Kesukupan Agung Semarang.
        Remaja Paroki tahu bahwa di paroki ada tim pendamping untuk melaksanakan kegiatan.

Tema Kegiatan:
Dengan HatI Menjadi Sahabat remaja Dalam Iman

Latar Belakang:
Umat Keuskupan Agung Semarang kiranya akan semakin sering mendengar kata Formatio Iman Berjenjang. Formatio Iman Berjenjang memiliki urutan berdasarkan kelompok usia, yaitu :
1.       Pendampingan Iman Usia Dini (PIUD) dengan rentang usia dan 1 s/d 5 tahun;
2.       Pendampingan Iman Anak (PIA) dengan rentang usia dari 6 s/d 11 tahun;
3.       Pendampingan Iman Remaja (PIR) dengan rentang usia 12 s/ d 15 tahun;
4.       Pendampingan Iman Orang Muda (PIOIVI) dengan rentang usia 16 s/d 35 tahun dan belum menikah;
5.       Pendampingan Iman Orang Dewasa (PIOD) dengan kategori umat yang sudah menikah dan usia masih dibawah 60 tahun;
6.       Pendampingan Iman Usia Lanjut (PIUL) dengan rentang usia 60 tahun keatas.

Sampai saat ini, semakin banyak paroki yang mencoba menjalankan program formatio iman berjenjang ini seturut dengan kondisi di tempatnya masing-masing. Ada kelompok tertentu yang sedemikian semarak dan banyak rnendapat perhatian dalam pembinaan iman, seperti kelompok PIA, namun ada juga kelompok yang meskipun sudah diusahakan sedemikian rupa masih jauh dan harapan yang dicita-citakan. Pembinaan dalam jenjang remaja, kiranya juga lebih sering memunculkan banyak permasalahan, dibadingkan dengan ungkapan-ungkapan yang membanggakan.

Semua pihak mengakui bahwa pembinaan iman/ formatio bagi kaum remaja sama penting dibandingkan jenjang yang lain. Perlu diupayakan agar tidak terjadi "saat yang hilang " dalam pembinaan bagi kaum remaja. Jika melihat jumlah penerima Sakramen Krisma di paroki-paroki bisa dilihat bahwa jumlah kaum remaja bisa dikatakan relative banyak. Biasanya mereka kemudian akan diarahkan untuk bergabung dengan komunitas misdinar (putra/i altar). Dalam hal ini tidak perlu ada pertentangan antara Peminaan Iman Remaja (PIR), dengan komunitas Misdinar (Putra/i Altar). Yang menjadi focus adalah bagaimana agar dalam masa remaja, disaat tahapan seseorang bergerak mencari jati diri, putera-puteri Gereja tetap terdampingi imannya.

Guna menjawab salah satu persoalan dalam pembinaan iman remaja yakni minimnya keberadaan, ketrampilan dan pengetahuan pihak pendamping iman remaja, kiranya diperlukan, adanya pertemuan untuk saling berbagi pengalaman dan menimba semangat, pengetahuan dan ketrampilan agar semakin berani dan tepat bergerak mendampingi iman para remaja katolik.

Untuk itu, Komisi Karya Misioner KAS yang dipercaya ikut mengembangkan pembinaan iman bagi anak dan remaja mencoba mengajak semua pendamping remaja di setiap paroki untuk ikut dalam kegiatan pelatihan dan pembekalan guna membimbing remaja-remaja di paroki masing-masing sehingga tetap mendapatkan sapaan dan memiliki bekal iman yang kuat untuk ke jenjang selanjutnya.

Pembinaan Iman Pra-Remaja dan Remajal

a. Masa pra-remaja dan remaja

105. Masa pra-remaja dikenal juga sebagai masa pubertas. Rentang usianya antara 11/12 - 15/16 tahun. Masa pra-remaja merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat meskipun periode waktunya hanya singkat. Perubahan-perubahan yang pesat mempengaruhi keadaan fisik, sikap dan perilaku. Karena akibatnya cenderung buruk, masa puber ini kadang-kadang disebut juga sebagai "fase negatif'. Sebutan "negatif' diperkuat oleh ketiga elemen kebahagiaan, yaitu penerimaan, kasih sayang dan prestasi, yang sering terganggu. Sikap yang sering muncul adalah ingin menyendiri, mudah bosan, inkoordinasi gerakan, antagonisme sosial, emosi yang meninggi, hilangnya kepercayaan diri, dan takut diberi komentar buruk.

106. Masa remaja dikenal sebagai adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Rentang usianya antara 13/14 - 18 tahun. Masa remaja adalah usia dimana seorang mencari jati diri dan berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Perubahan sosial yang penting dalam masa ini meliputi meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, pola perilaku sosial yang lebih matang, pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman dan pemimpin, serta dalam dukungan sosial. Kaum remaja memiliki minat-minat yang penting dan  universal, yang bisa dikategorikan sebagai : minat rekreasi, minat pribadi dan sosial, minat pada pendidikan, minat pada pekerjaan, minat dalam agama-iman, dan minat pada simbol status.

b. Karakteristik kepercayaan masa pra-remaja dan remaja (12-18 tahun)

107. Pola kepercayaan masa pra-remaja dan remaja berciri kepercayaan sintetis-konvensional. Disebut sintetis karena keanekaragaman isi bayangan diri dan keyakinan yang belum dipadukan secara intrinsik koheren. Semua bayang-bayang diri dan keyakinan belum dikaji secara kritis dan belum direfleksikan apakah keanekaragaman tersebut secara intrinsik sungguh cocok satu sama lain sehingga dapat membentuk satu kesatuan yang menyeluruh dart selaras. Disebut konvensional karena secara kognitif, afektif dan sosial seorang remaja menyesuaikan diri dengan orang lain yang penting baginya dan dengan mayoritas orang. Kepercayaannya bersifat konvensional karena sama dengan kepercayaan setiap orang biasa dan seluruh masyarakat umum

108. Pada masa ini muncul berbagai macam kemampuan kognitif untuk meninjau kembali pandangan-pandangan hidupnya. Kemampuan kogitif ini memampukan remaja untuk membentuk cara interaksi sosial baru, yakni relasi antar-pribadi yang saling mengakui dan meneguhkan (mutual interpersonal perpective taking), dan menyusun gambaran diri yang baru yang dibangun dalam ketergantungan pada orang-orang lain yang berarti baginya.

109. Allah tidak lagi digambarkan oleh remaja dengan model antropomorf, namun dengan model hubungan antar-pribadi. Allah adalah Pribadi lain yang amat penting dan menentukan segala kualitas pertumbuhan pribadi si remaja. Allah tidak lagi dipandang sebagai Raja yang membuat hukum dan undang-undang , melainkan Sahabat karib yang menerima yang menerima dan meneguhkan diri si remaja. Di sisi lain, Allah yang digambarkan juga sering dipandang sebagai Allah yang konvensional. Artinya ialah gambaran Allah sebagaimana diyakini oleh pandangan mayoritas orang lain. Kepercayaan kepada Allah adalah kepercayaan yang dibangun berdasar keyakinan orang-orang lain khususnya mereka yang berarti bagi remaja.

Bagi remaja, kepercayaan adalah daya sintetis yang menyatukan identitas diri dan pandangan hidup dengan cara memberikan semangat dan menghidupkan keduanya. Tugas dan fungsi kepercayaan dalam diri remaja adalah sebagai daya sentral yang menghidupkan dan menjiwai seluruh proses pembentukan identitas diri. Kepercayaan juga menjadi suatu kekuatan untuk menafsirkan peristiwa-peristiwa hidup si remaja dan membentuk struktur pengertiannya. Bagi remaja, kepercayaan sangat penting pula untuk menciptakan suatu pandangan dunia dan pandangan hidup, gaya hidup, dan paradigma tertentu. Meski demikian, dalam diri remaja berkembang kesadaran kritis terhadap pandangan-pandangan kepercayaan tertentu yang diajarkan oleh lembaga-lembaga keagamaan maupun lembaga-lembaga publik lain. Tidak hanya terhadap sistem kepercayaan, tetapi juga kritis terhadap sistem moral.

c. Tuntutan dasar formatio iman masa pra-remaja dark remaja

110. Formatio iman untuk masa ini melanjutkan formatio yang telah dijalankan di masa kanak-kanak. Sakramen-sakramen inisiasi dilengkapi dan dipenuhi pada masa pra-remaja dan remaja. Kaum pra-remaja dan remaja hendaknya telah menerima komuni pertama dan sakramen penguatan. Seiring dengan itu, hendaknya diberikan ajaran-ajaran iman Gereja yang mendasar dengan bahasa sederhana dan inkulturatif sesuai daya tangkap mereka. Pembinaan iman berisi pemahaman Kristiani yang sejati tentang hidup, seperti arti adanya badan, cinta dan keluarga, aturan-aturan dan norma -norma yang harus dipatuhi dalam kehidupan, latihan kerja dan rekreasi, soal keadilan dan perdamaian, dsb. Di samping itu, dijelaskan pula kehidupan dan karya orang-orang kudus dan tokoh-tokoh istimewa dalam iman dan kehidupan. Ajakan dan bimbingan untuk refleksi mengenai kehidupan aktual Gereja dan masyarakat merupakan suatu santapan yang sehat bagi kaum remaja.

111. Pendidikan doa dan latihan rohani hendaknya terus dijalankan. Kebiasaan menerima sakramen tobat perlu ditumbuhkembangkan di usia remaja ini. Kecuali itu doa-doa devosional dan
latihan pantang-puasa sebagai tradisi iman. Gereja hendaknya terbiasakan dalam hidup rohani kaum beriman sejak usia remaja. 


C. Pendampingan Iman Remaja2

Pada usia remaja suka hidup berkelompok dengan teman-teman sebayanya. Dunianya mulai bergeser dari keluarga atau rumah kepada teman-teman sepermainannya. Secara emosional mereka masih labil, mudah memberontak dan tidak suka diatur.

Marah bila keinginannya tidak terpenuhi. Mereka juga mudah terpengaruh oleh hal-hal yang ada disekelililingnya, terutama dari teman-teman pergaulannya. Secara kognitif, remaja telah mampu menciptakan sintesis atau upaya menghubungkan satu gagasan dengan gagasan lainnya. Pendek kata, remaja sudah bisa menggunakan pikirannya dalam berpendapat dan bertindak.

Dalam kaitannya dengan iman kepercayaan, remaja mulai membentuk ideologi (sistem kepercayaan) dan komitmen terhadap ideal-ideal tertentu. Mereka juga mulai mencari identitas diri dan menjalin hubungan pribadi dengan Allah. Identitas mereka memang belum benar-benar terbentuk sehingga mereka juga masih melihat orang lain. Imannya adalah apa yang diyakini oleh masyarakat.

Dalam kaitannya dengan formatio iman untuk jenjang remaja, diharapkan pada usia ini remaja sudah mampu mengakui/ mengungkapkan imannya secara pribadi dan melibatkan diri dalam tugas-tugas Gereja serta mengembangkan communio. Untuk mendukung itu formatio sangat penting memperhatikan pertemanan di antara mereka. Mereka akan senang berkegiatan kalau ada teman sebayanya yang juga hadir dan terlibat. Dorongan teman lebih kuat dari anjuran dan ajakan orang tua. Oleh karena itu pendamping harus bisa masuk dalam pertemanan dengan remaja. Ia tidak tampil sebagai guru yang memerintah, tetapi sebagai sahabat yang mengajak dan melibatkan. Perlu diusahakan simbol-simbol kebersamaan yang bisa menjadi daya tarik dan perekat di antara mereka. Pendampingan kepada remaja adalah pendampingan melalui dinamika kelompok. Di sana ada gerak bersama, permainan, refleksi dan akhirnya peneguhan. Karena itu dibutuhkan pendamping yang memiliki hati bagi kaum remaja, kreatif dan inovatif. Pendamping memahami masalah-masalah remaja agar bisa menjadi teman sharing, menjadi pendamping dan peneguh. Pendamping memanfaatkan media digital, seni dan hobi untuk mengembangkan iman remaja.

Melalui cara-cara menarik dan unik anak dilibatkan dalam kehidupan menggereja, misalnya misdinar, lektor, paduan suara atau kelompok teater. Secara sakramental, artak diajak bertekun dalam Ekaristi dan penerimaan Sakramen Tobat serta dipersiapkan untuk menerima sakramen penguatan. Sakramen Penguatan yang mereka terima diharapkan memberikan kebanggaan akan kekatolikar dan memberi daya semangat yang lebih untuk terlibat dalam gereja bersama teman-teman sebayanya. Mengenal kehidupan seminari atau biara suster/ bruder/ frater menjadi salah satu acara dalam persiapan Sakramen penguatan. Baik juga apabila kaum remaja didorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan misalnya perayaan kemerdekaan tujuh belas agustus atau kegiatan sosial di kampung/ perumahan serta ditumbuhkan kepekaan akan permasalahan lingkungan hidup misalnya membuat lubang resapan biopori dipekarangan rumah atau kompleks gereja, sekolah. Pada usia remaja mulai diperkenalkan dengan pendidikan seminari atau biara sebagai suatu pilihan hidup. Pendamping bukan sekedar menjadi guru, tetapi teman dan role mode.


Beriman Cerdas, Tangguh dan Misioner

"Raja koq mati disalib? Raja palsu, tuch! Tak mungkin ada Tuhan yang mati dengan tragisnya, kalah lagi bahkan dihukum seperti penjahat. Aneh banget 'gitu!" Itulah beberapa komentar di sebuah jaringan sosial internet yang sempat saya baca terkait dengan Tuhan Yesus yg disalib, wafat dan bangkit mulia. Terusikkah Anda?

Marahkah Anda bila ada komentar seperti itu? Weiitss...jangan marah, dong! Itu bukan sikap yang tepat. Kalau kita terusik, justru itu malah baik. Mengapa? Karena aneka komentar itu akan menggugah kita untuk lebih serius memahami, mendalami iman dan bersaksi atas apa yang kita imani. Kiranya pada Ekaristi HR Kristus Raja Semesta Alam ini yang juga menjadi Penutupan Tahun Iman (2012-2013) dengan tema: Beriman Tangguh, Mendalam dan Misioner membuat kita semua semakin sadar akan tanggung jawab untuk mewartakan Kabar Gembira. Kalau kita diam, cuek, dan tidak mau menjadi pewarta-pewarta Injil, itu artinya kita mengingkari panggilan misioner Gereja!

Ingatlah ungkapan iman Santo Paulus, "Celakalah aku jika tidak memberitakan Injil!" (1 Kor 9:16). Maka, meskipun Tahun Iman sudah ditutup, bukan berarti kita berhenti membaca dan mendalami Kitab Suci dan ajaran-ajaran Gereja. Justru, kita harus semakin giat lagi belajar agar iman kita makin mendalam dan tangguh serta dengan penuh semangat mewujudkan panggilan misioner kita agar Yesus Kristus makin dikenal dan Kerajaan Allah dinyatakan dalam hidup dan karya-karya baik kita. God's news must be a good news everyday! Sanggup? Mari kita laksanakan mulai dari keluarga dan lingkungan kita masing-masing dengan penuh semangat!***d2t 


SILABUS FORMATIO IMAN BERJENJANG
Pendampingan Iman Remaja3

Aspek: Pengetahuan Iman

Karakteristik :
1.       Pada usia remaja mereka biasanya menciptakan sintesis atau upaya menghubungkan berbagai pengetahuan yang telah diterimanya untuk membantu proses terbentuknya identitas diri mereka. Maka sifat pendampingan pengetahuan iman remaja diharapkan sampai kepada identitas agama mereka.
2.       Kemampuan kognitif usia remaja biasnya dikenal dengan sifat pengetahuan yang sudah memasuki operasi formal, sehingga biasanya remaja meninjau kembali pandangannya menyangkut pengetahuan-pengetahuan iman yang sudah didapat sebelumnya di masa kanak-kanak. Munculnya kemampuan kognisi baru ini biasanya membuat remaja mulai mengambil alih padangan orang lain menurut prespektif pribadinya secara timbal balik, dan terus terjadi hingga remaja mulai menginjak masa dewasa.
3.       Ciri khas yang menonjol pada remaja ialah perhatiannya pada hubungan antar pribadi. Maka seluruh padangan pengetahuan agamanya juga diukur dari sudut pandang pribadi mereka. Bila remaja membicarakan kelompok atau golongan lain, ungkapan-ungkapan remaja menjadi amat personal.

Tujuan:
Remaja memahami pengertian mendasar dari iman Katolik mengenai Allah Tri Tunggal, Gereja , Doa dan devosi, Sakramen dan hidup kristiani.

Capaian:
1.       Remaja sudah menerima inisiasi secara utuh meliputi Sakramen Baptis, telah mengikuti katekese persiapan Komuni pertama dan katekese persiapan Sakramen Penguatan.
2.       Remaja mulai mempelajari pengertian-pengertian pokok iman Katolik, mengenai Allah Tri Tunggal secara sederhana, Gereja, Doa dan devosi, Sakramen dan hidup kristiani.
3.       Remaja memperdalam Kitab Suci bukan saja melalui ceritera atau kisah tokoh-tokohnya saja, tetapi juga dengan pesan-pesan alkitabiahnya secara sederhana.
4.       Remaja mengenal aneka pangilan hidup dalam Gereja.

Materi:
1.       Pemahaman pokok-pokok iman Katolik: Allah Tri Tunggal, Gereja, Doa dan devosi, Sakramen dan hidup kristiani.
2.       Pemahaman tentang arti dan makna Kitab Suci, dengan mengenalkan tafsir sederhana melalui kisah dan penokohan.
3.       Panggilan Hidup Kristiani.

Pendekatan:
1.       Informatif terbimbing:pengajaran sederhana (Katekese remaja)
2.       Pertemuan rohani terbimbing (retreat - rekoleksi)
3.       Dinamika kelompok (permainan - permainan terarah berkelompok, misalnya outbond)
4.       Multimedia: film dan pengetahuan mengenai ajaran Katolik dari internet.
5.       Ekspresi berkesenian yang bersifat memperkaya peregetahuan iman Katolik
6.       Membangun sarana pendidikan iman dalam rekan-rekan sebaya.
Aspek : Tradisi Katolik

Karakteristik:
1.       Pendampingan liturgi pada remaja bukanlah hal yang mudah, karena remaja biasanya tidak mudah untuk berkonsentrasi, bermenung dan mengikuti perayaan seara khidmad.
2.       Walaupun remaja sulit untuk mengikuti perayaan liturgis secara khidmad penuh konsentrasi, namun pada tahap ini, remaja menciptakan sintesis akan keyakinan religiusnya yang membantu proses terbentuknya identitas diri. Maka tepat, pendampingan pada tahap ini, remaja diajak kepada identitas agamanya melalui pendidikan tradisi liturgi yang utuh.

Tujuan:
Remaja mampu menjalankan kebiasaan-kebiasaan dan praktek-praktek resmi dalam Gereja Katolik menyangkut perayaan ekaristi, tobat, doa-doa Katolik dan kehidupan devosi secara gembira.

Capaian:
1.       Remaja bertekun dalam penerimaan komuni dan sakramen tobat secara rutin
2.       Remaja mulai terlibat menjadi petugas-petugas dalam ibadat, seperti misdinar, lektor dan paduan suara sebagai buah dari penerimaan Sakramen Penguatan
3.       Remaja mulai memahami berbagai kekayaan devosi Gereja (novena, ziarah, adorasi, rosario, jalan salib, karismatik)
4.       Remaja berpatisipasi aktif dalam peribadatan dengan rumus-rumus doa dan aldamasinya
5.       Remaja mencintai perayaan Ekaristi dan mengerti makna yang dirayakan
6.       Remaja mulai mengenal dan memahami pengertian mengenai ajaran-ajaran dalam liturgi.

Materi:
1.       Pengertian mengenai ajaran-ajaran dalam liturgi secara sederhana untuk remaja
2.       Pemahaman tata laksana Perayaan Ekaristi beserta alat-alatnya
3.       Pemahaman dan tatacara Tobat
4.       Pemahaman mengenai doa dan hidup devosi katolik untuk remaja
5.       Pemahaman dan latihan-latihan untuk mengembangkan keterlibatan dalam peribadatan dan liturgi
6.       Lagu-lagu liturgi dan peribadatan untuk remaja.

Pendekatan:
1.       Informatif: pemahaman mengenai liturgi Gereja dan devosi
2.       Latihan-latihan (praktek) serta observasi langsung mengenai liturgi Gereja
3.       Membangun suasana pendidikan liturgi dalam kelompok-kelompok pembinaan remaja dengan melibatkan mereka secara langsung
4.       Membangun semangat soa devosional dalam kelompok-kelompok pembinaan remaja: ziarah, taize, doa Kerhiman Ilahi, dll.

Aspek : Moral Katolik

Karakteristik:
Perkembangan moral pada usia ini sangat dipengaruhi persahabatan dan loyalitas. Kedua hal ini menjadi faktor yang penting dalam berhubungan dengan orang lain terutama pembentukan pertimbangan moralnya. Relasi persahabatan yang mesra (chumrelationship), bagaimana pengalaman intim pertama remaja di luar lingkungan keluarga sangat mempengaruhi remaja memandang nilai-nilai moralitas.

Tujuan:
Remaja memahami dan mampu bersikap mengenai tindakan etis dari ajaran Moral katolik, secara khusus menyangkut hati nurani dan tanggungjawab pribadi berkaitan dengan panggilan hidupnya.

Capaian:
1.       Remaja menyadari bahwa pengaukan dosa sebagai bagian dan kebutuhan dan pembentukan nurani mereka
2.       Remaja memperdalam pengertian-pengertian keutamaan primer manusiawi (kebijaksanaan, keberanian, keadilan dan penguasaan diri)
3.       Remaja memperdalam pengertian keutamaan-keutamaan teologal: iman, harapan dan kasih
4.       Remaja mendalami 10 Perintah Allah sebagai norma dasar kristiani
5.       Remaia mulai mendalami mengenai Hati Nurani dan tanggungjawab sosial kristiani, terutama mengenai kekuatan Roh Kudus untuk membedakan mana yang benar dan salah
6.       Remaja bisa bergaul dan berinteraksi dengan lawan jenis secara sehat dan benar

Materi:
1.       Pemahaman Sakramen tobat dalam kaitan dengan moralitas kristiani
2.       Pengertian-pengertian tentang keutamaan primer dan keutamaan teologal
3.       Bahan katekese remaja tentang 10 Perintah Allah
4.       Bahan katekese remaja tentang Hat Nurani dan tanggungjawab sosial
5.       Bahan katekese remaja mengenai hati nurani dan Roh Kudus
6.       Pacaran dan pergaulan sehat

Pendekatan:
1.       Retreat atau rekoleksi terbimbing
2.       Membangun suasana pendidikan moral kristiani dalam kelompok-kelompok remaja secara asertif, terbuka dan bertanggungjawab
3.       Dinamika kelompok (permainan-permainan terarah berkelompok, yang memberikan pesan moral) 4. Multimedia: film clan berbagai khasanah dari internet menyangkut moral kristiani
4.       Pendidikan seksualitas terprogram

Aspek: Menjemaat dan Memasyarakat

Karakteristik:
Remaja biasanya mulai menapaki kesadaran mengenai identitas dirinya yang khas dan otonom. Relasi sosial mulai menyeluruh, walaupun masih ada prasangka kesamaan ideologi dan minat, namun telah dapat menerima berbagai tradisi di luar dirinya dalam kerangka proses pembentukan identitas diri. Hubungan atau relasi telah dipandang murni dan utuh.

Tujuan:
Remaja aktif terlibat di lingkungan gereja maupun masyarakat sekitar serta teman-teman kelompok sebaya yang bersifat membangun minat dan kepedulian sosial.


Capaian:
1.       Remaja bangga sebagai orang Katolik. Bangga akan baptisan yang diterimanya dan siap diutus menjadi saksi Kristus
2.       Remaja memahami rumusan Arah Dasar keuskupan dan gereja parokinya
3.       Remaja mengenal seluk beluk lingkungan gereja dengan berbagai perangkat pengurus dan tata organisasinya
4.       Remaja aktif dan mampu terlibat dalam setiap peribadatan dan pertemuan di lingkungan
5.       Remaja aktif terlibat mengikuti pertemuan dan pembinaan di lingkungan maupun paroki
6.       Remaja paham akan pluralitas dan mempunyai tanggungjawab sosial di lingkungan sekitarnya
7.       Remaja aktif dalam gerakan cinta lingkungan hidup.

Materi:
1.       Motivasi: bangga menjadi remaja Katolik dan siap dalam perutusan
2.       Pengenalan ARDAS dan visi misi paroki untuk remaja
3.       Pengenalan lingkungan dan pemak-pemik mengenai paroki
4.       Tanggungjawab sebagai warga Gereja: aktif dalam kegiatan lingkungan dan paroki
5.       Pendidikan pluralitas, kebangsaan , pemahaman akan perbedaan agama, suku dan status sosial
6.       Analisa sosial sederhana untuk remaja
7.       Pendidikan keutuhan ciptaan

Pendekatan:
1.       Dinamika kelompok: pendampingan motivasi menjadi remaja Katolik dan perutusan
2.       Membangun suasana pendidikan menjemaat dan bermasyarakat dengan mengajak dan mengikutsertakan
3.       Festifal budaya
4.       Pendampingan kesadaran akan pluralitas, kebangsaan dan tolerasi beragama
5.       Rekoleksi keutuhan ciptaan.


RENUNGKAN
"PEMIMPIN YANG MELAYANI "

Pemimpin yang mengetahui kenyataaan dirinya: Tuhan Yesus menyatakan diri kepada pengikut-Nya, agar mereka Edak salah dalam mengikuti Dia. Pernyataan Yesus tentang diri-Nya itu adalah tentang hal yang benar. Tidak seperti pemimpin dunia yang selalu menyembunyikan hal-hal yang buruk dan mengeksplorasi segala hal yang baik-baik saja. Yesus sangat tegas dalam menyatakar. diri-Nya. Hal itu dapat kita baca dalam Yoh. 6:35; Yoh. 8:12; Yoh. 14:6; Mrk. 14:61-62. Yesus menyatakan identitas yang sebenarnya, bahwa Dialah jalan kebenaran, terang dunia, dan roti kehidupan. Milikilah identitas yang benar kepada murid Anda dengan selalu hidup dalam kebenaran di dalam Allah. Hidup kita harus benar, seperti Kristus yang selalu tinggal dalam kebenaran.

Pemimpin yang memberi teladan yang baik dan benar.
Keinginan terbesar Yesus adalah agar pengikut-Nya turut menguduskan diri, sebagaimana kudus. Dalam memimpin, Yesus tidak pernah menghakimi dengan cara yang salah, tapi Ia menghakimi dengan cara yang bijaksana dan benar, dengan tujuan agar cara-Nya itu akan diteladani oleh para pengikutnya (untuk lebih lanjut, baca Yoh. 5:30; Yoh. 17:19).

Menjadi pemimpin yang senantiasa melayani.
Para pemimpin yang mengikuti teladan Yesus akan memimpin dengan tujuan utama untuk melayani. Dalam memimpin, Anda harus melaksanakan misi yang Tuhan mandatkan yaitu membawa 'anak buah" Anda bagi Kristus. Pemimpin-pelayan yang sesungguhnya dimulai ketika pemimpin merendahkan dirinya untuk melaksanakan misi yang dipercayakan kepadanya daripada melaksanakan agenda pribadinya.

Menjadi pemimpin yang bertindak konsisten.
Sewaktu mengikrarkan janji menerima baptisan kudus, Anda berjanji untuk menjadi pengikut dan pelayan Kristus dengan sepenuh hati kita. Menyerahkan hak pribadi Anda untuk melayani orang lain, sama seperti Kristus yang datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mrk. 10:45). Jika telah berkomitmen untuk memberikan diri Anda dalam pelayanan Anda harus konsisten untuk melakukan pelayanan sebagai persembahan bagi Kristus. Tetap setia dalam setiap pelayanan adalah wujud dari konsistensi yang dapat Anda berikan bagi Allah.

Disiplin dalam iman.
Selalu menjaga hubungan yang intim dengan Tuhan melalui pendalaman firman Tuhan atau berkomunikasi dalam doa, harus menjadi hal yang penting bagi seorang pemimpin yang melayani Segiat apa pun Anda dalam kepemimpinan jangan sampai meninggalkan persekutuan dengan Tuhan. Kita tidak dapat berjalan sendiri dan mengandalkan kekuatan diri sendiri, tetapi karena hikmat Allah saja kita dapat melakukan pelayanan dan lepemimpinan kita.

Mau menerima teguran.
Terkadang seorang pemimpin sulit sekali menerima teguran. Padahal Allah mengajarkan bahwa "orang bodoh menolak didikan ayahnya, tetapi siapa mengindahkan teguran adalah bijak" (Ams. 15:5). Teguran terkadang akan membuat kita semakin didewasakan. Teguran akan semakin mendidik kita untuk menjadi seorang pemimpin yang dewasa.


Bertanggung jawab dan bekerja sama.
Ketika Allah memberi Anda tanggung jawab untuk memimpin, Anda tidak dapat lepas dari kerja sama dengan rekan lain. Tuhan Yesus menunjukkan bagaimana berbagi tanggung jawab dengan murid-murid-Nya untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar daripada yang dapat dipenuhi dan ditangani oleh kektuatan mereka sendiri.

Posting Komentar

0 Komentar