JLM#2 - BORn’NEO.... LAHIR BARU Oleh: Bonaventura Agung Susetyo Nugroho

BORn’NEO.... LAHIR BARU
Oleh: Bonaventura Agung Susetyo Nugroho

Perjalananku bersama JLM#2 dimulai ketika aku mendapat kesempatan menjadi teman seperjalanan untuk mendampingi proses persiapan dan pelaksanaan kegiatan ini. Hanya jawaban ‘ya’ dan berbekal kesetiaan pada komitmen yang selalu meneguhkanku untuk terus menjejakkan langkah atas kesempatan ini. Proses berawal dari perekrutan peserta yang menurutku sangatlah menarikdengan segala dinamikanya termasuk seleksi alam yang munculhingga akhirnya terbentuklah tim JLM#2 ini. Proses tersebut sama sekali tidak mudah, apalagi untuk menyatukan visi misi bersama karenasebagian besar dari kami hanya sebatas “tahu” namun belum saling “kenal”. Proses selanjutnya adalah persiapan yang kemudian sangat membantu kami untuk lebih mengenal satu sama lain, berdinamika dan mengesampingkan ego masing-masing untuk membangun tim yang solid.Dalam proses ini, aku belajar untuk menjadisetiadalam mendampingi, belajar untuk menjadi teman yang saling menguatkan dan partner yang saling mengisi dan meneguhkan. Inilah proses dimana aku harus menanggalkan egodan yang jelas meninggalkan idealisme pribadi untuk selalu setia mendampingi proses ini.

Ini adalah perjalanan kembali ke Botong.Aku membayangkan akan menjadi perjalanan yang biasa saja mengingat ini adalah kali kedua aku menginjakkan kaki ditempat itu. Sebenarnya aku ragu, apakah aku bisa menikmati dan hidup bersama serta belajar banyak hal lagi seperti ketika aku pertama kali ketempat ini? Begitu banyak hal dan kekhawatiran terus berkecamuk mengisi otak dan perasaanku. Namun, ketika kembali ketempat ini,kenyataannya sangatlah berbeda dengan apa yang aku pikirkan dan bayangkan selama persiapanku. Sambutan umat yang sangat luar biasa, antusiasme anak-anak SEKAMI dan OMK, semangat kebersamaan dan kekeluargaan seluruh warga yang semakin kental kemudian membuyarkan semua pikiran, bayangan, dan ketakutanku. Sambutan umat yang hangat dan penuh persaudaraanbak sambutan Bapa akan kembalinya anak yang hilang sebagaimana tertulis indah dalam kitab suci, itulah yang membuatku kembali menemukan diriku dalam misi ini.

Akhirnya aku semakin yakin akan misiku tinggal disini, seperti kata salah seorang yang amatlah spesial, “Here and Now”. Ketika kamu baruberada di suatu situasi dan tempat tinggal, tinggallah disini dan sekarang, maka kamu akan merasa hidup dengan apapun yang akan kamu jumpai. Dari pengalaman pulang ini,akhirnya, aku memutuskan untuk “bertolak ketempat yang lebih dalam”. Aku akan semakin masuk kedalam kehidupan umat dan keluarga di Botong ini dan aku akan berbagi kasih serta belajar melalui apapun yang akan aku jumpai ditempat ini. Pengalaman tinggal dengan keluarga baru, tinggal terpisah kring dengan teman-teman lain justru semakin memberiku kesempatan untuk masuk semakin dalam. Aku hanya ingin masuk kedalam keluarga yang sangat sederhana, masuk kedalam lingkungan tempat tinggal yang sangat bersahabat dan masuk kedalam diriku untuk belajar mengolah hidup dan segala dinamika ditempat ini. Pengalaman perjumpaan dengan keluarga semakin mengajarkanku arti kesederhanaan, belajar tekun dan setia akan hal-hal kecil. Aku sungguh belajar ketika menjumpai bapak dan mamak berangkat ke pondok untuk menoreh karet setiap pagi buta. Belajar dari semangat anak-anak Kualan yang ingin memperoleh pendidikan yang layak, namun harus menempuh perjalanan jauh melalui medan yang tidak mudah atau tinggal terpisah dengan orangtuanya di kota kecamatan. Aku juga belajar menyerahkan diri pada kehendak Allah yang selalu dilakukan seluruh umat dalam antusiasme untuk merayakan Ekaristi yang kemudian dihidupi dalam segala aspek kehidupannya. Aku juga Belajar untuk menghormati dan menjaga alam sebagai anugrah keutuhan ciptaan. Ya..., inilah bumi Kualan Sekayok dengan segala pengajarannya.Dalam awal misi ini, aku hanya bersyukur boleh merasakan pengalaman “pulang” ketempat ini.


Turne ke stasi-stasi hilir selalu menarik dengan beribu makna. Pengalaman perjumpaan dengan saudara-saudara seiman untuk merayakan kelahiran-Nya sangat memperkaya dan memperkuat imanku dan juga semakin mengeratkan keluarga JLM ini. Perjalanan harus melalui jalan yang terjal dan tidak mudah, menyeberang sungai dan membelah hutan, sungguh ditempat ini bukan hanya iman umat yang tangguh untuk setia akan imannya dengan mengesampingkan segala medan dan cuaca, namun juga selalu membutuhkan sosok-sosok imam yang handal, yang mau menemani dan melayani umat di pedalaman Borneo.

Kembali aku bersyukur pulang ketempat ini, belajar memberi dengan penuh keikhlasan bukan dari kelebihan melainkan dari segala kekurangan, belajar setia untuk berjalan mengikuti alur yang sudah disiapkan meski tidak tahu rintangan apa yang akan dihadapi. Belajar menghargai setiap perjumpaan dengan siapapun dan pentingnyapersonal touch dengan OMK yang selalu menemani perjalanan kami.

Untuk apa kita hidup? Sebuah pertanyaan dari seorang umat disalah satu stasi hilir menggugah memoriku akan pertanyaan yang pernah aku tanyakan kurang lebih 10 tahun lalu. Untuk apa kita hidup, apalagi hidup dipedalaman Kalimantan ini, hidup dengan segala keterbatasan baik akses maupun fasilitas? Entahlah, belum kutemukan jawaban pasti kenapa mereka masih setia hidup ditempat ini.Namun, disini aku kembali lagi boleh belajar untuk memaknai hidupku, memberikan makna pada setiap nafas kehidupanku dan memberikan hidupku untuk hidup. Akhirnya, kutemukan jawab atas pertanyaanku selama ini, untuk apa aku hidup? Aku kembali Menapak Bumi Borneo ini untuk menemukan kembali hidupku untuk hidup dan menghidupi melalui segala proses dan dinamikanya.

Pengalaman perjumpaan, baik dengan keluarga JLM maupun dengan umat dan warga Kualan Sekayok, banyak mengajarkanku akan arti teman seperjalanan, teman untuk berbagi, teman untuk saling memberi, teman untuk menguatkan dan meneguhkan, teman untuk menemani dan ditemani serta teman untuk hidup dan menghidupi.

Aku belajar dari Santo Yosef yang setia menemani Maria seturut kehendak Allah. Mungkin inilah yang kami alami dalam proses ini. Santo Yosef yang rela menerima kenyataan bahwa tunangannya mengandung, meski secara manusiawi sangatlah berat, namun karena kesetiaan dan iman akan Allah, dia setia melakukan itu semua. Seperti itu juga yang kami alami ketika kamimenerima perutusanuntuk kembali lagi Menapak Bumi
Borneo bersama keluarga baru JLM#2 ini. Seperti Santo Yosef yang rela berjalan jauh menemani Maria yang sedang hamil tua untuk mengikuti cacah jiwa ala Agustinus, itulah yang kami alami ketikabersama berjalan membelah hutan rimba dan jalan dengan medan yang tidak mudah untuk melayani umat di pedalaman Borneo. Di saat yang sama juga, aku belajar pulamenjadi teman seperjalanan keluarga JLM#2 untuk masuk ketempat yang lebih dalam di Borneo ini. Seperti Santo Yosef yang menemani Maria melahirkan Putranya di kandang, inilah yang kami alami ketika bertemu dengan keluarga dan seluruh umat yang amat sangat bersukacita merayakan Natal. Dengan segala kesederhanaan Yesus pun lahir di tepian Sungai Kualan ini. Seperti Santo Yosef yang mau menanggalkan sisi kemanusiaannya untuk turut sejalan dengan kehendak Allah, itulah yang selalu kami upayakan dalam proses menjadi teman seperjalanan keluarga JLM#2 ini.

JLM#2 ini sungguh membuatku lahir baru, untuk hidup setia pada hal-hal dan perkara kecil, setia pada alur dan proses, setia menjadi teman seperjalanan siapapun dan setia seperti Bunda Maria yang menunggu pulang di tepian Sungai Kualan. Terimakasih Kualan atas segala karya dan cintamu, terimakasih untuk setiap perjumpaan dan terimakasih untuk kesetiaan merawat bumi Borneo. Kami titipkan Bumi Kualan Sekayok ini untuk anak cucu kita kelak. Botong mesah na jual...

Karena pengalaman yang mengenalkanku banyak perjalanan dan memberikan aku cukup banyak pelajaran, yang membuatkau sedikit tahu arah jalan, bertanya tentang sebuah kepastian untuk diperjuangkan bukan hanya sekedar keraguan untuk ditetapkan. (Nawie)

Posting Komentar

0 Komentar