Ketika...
Oleh : Fransiska Amara Nilam
Ketika bayangan hanya menjadi harapan
Ku bayangkan...
Ketika keindahan memberikan senyuman
Ketika senyuman melambangkan ketulusan
Ketika ketulusan terdapat pada kejernihan
Ketika kejernihan menghantarkan kemurnian
Ketika kemurnian menjadikan kesempurnaan
Akankah itu semua sebuah harapan?
Tidak !!!
Ketika ku injakan kaki di tepian Sungai Kualan
Semua itu bukan lagi harapan, namun kenyataan
Kenyataan dalam kehidupan
Yang menyisakan kenangan
‘Tuk hadapi sebuah perubahan
Itulah sepenggal ungkapanku ketika kujalani hidup bermisi di tanah Botong. Tiada kata mampu terucap, tiada mata mampu memandang dan tiada hati mampu berseri ketika tak kulihat dan kurasakan sendiri keindahanmu di sana, alamku. Berjalan keluar dari zona nyamanku memang susah, namun inilah yang harus kulakukan. Pergi bermisi dengan modal yang terbatas membuatku berjuang mengikuti proses Jejak Langkah Misioner 2 (JLM#2). Masa persiapan setengah tahun terbayar sudah ketika aku benar-benar merasakan bermisi di Botong, Ketapang, Kalimantan Barat. Hal-hal baru kudapatkan dalam kegiatan JLM#2 dan sungguh mengajarkanku banyak hal tentang kedewasaan dalam kehidupan.
Ketika Bahagia Tak Butuh Tawa
Aku merasakan kebahagiaan di Botong, bahkan tanpa harus ada tawa. Kebahagiaan yang datang dari dalam hati kurasakan ketika pertama kali diajak untuk mengikuti JLM#2 dari proses persiapan hingga hari-H nya. Menjalani misi di Botong sungguh suatu keberuntungan dan kebahagiaan tersendiri bagiku. Namun, bahagiaku di sini tak sekadar tawa atau canda, melainkan tindakan nyata. Tak semua bahagia dengan tawa akan memuaskan jiwa. Rasa bahagia yang aku peroleh saat bisa menikmati keindahan Desa Botong, aku ingin membagikannya dengan sesamaku. Alangkah lebih bahagianya ketika kami bisa merasakan bersama bukan? Aku sendiri bahagia ketika ada beberapa orang yang tampak bahagia karena kedatangan kami. Mereka bercerita kalau kedatangan teman-teman JLM ini akan memberi dampak yang baik bagi OMK Botong. Senang rasanya melihat kegembiraan mereka menerima kami. Kebahagiaan yang kurasakan ini ternyata mampu menitikan air mata ketika aku terharu melihat kepedulian dan kerelaan mereka untuk membantu tim JLM.
Dalam hal ini, aku dan Monic sering ditemani beberapa OMK maupun PIA Botong ketika kami hendak berpergian ke mana-mana. Aku bahagia sekali bisa menemukan pribadi-pribadi seperti mereka disini. Aku tak bisa mengungkapkan kebahagiaanku ini dengan tawa lagi. Inilah titik puncak kebahagiaanku ketika aku bisa meneteskan air mata. Kini, tak lagi tawa yang kuberikan untuk kebahagiaanku namun tindakan nyata yang bisa kulakukan untuk membalas keikhlasan teman-teman di Botong.
Ketika Letih Tak Harus Merintih
“Ayo kak Amara, semangat ya”, “Capek gak kak?”, “Kuat gak kak?”, “Bentar lagi sampai kok kak” dan “Ayooo kak”. Kata-kata itu adalah pengiring sisa-sisa langkahku ketika aku berjalan ke Siling Raja Bungsu bersama OMK Botong dan lainnya. Awalnya jengkel sih mendengar kata–kata seperti itu. Bagaimana tidak, di kala aku lelah, mereka justru menndahuluiku dan tersenyum sembari berkata-kata seperti itu. Hmm... Aku merasa sungguh lelah saat itu sampai aku pun tak bisa memberikan senyumku pada mereka. Namun, mereka justru menyemangatiku melalui kata-kata itu. Setiap kali aku bertanya, “Apa kalian gak capek?”. Mereka selalu saja menjawab, “Enggak kak, kami udah biasa jalan kaya gini”. Setelah sampai di tempat tujuan aku baru bisa merasakan bahwa perkataan–perkataan mereka tadi tanpa kusadari telah menyemangatiku hingga tiba di Siling Raja Bungsu. Setelah sampai di atas, aku kembali bertanya kepada anak-anak, “Gimana tadi, kalian capek gak?”. Mereka lalu menjawab “Iya kak, lumayan capek”. Dengan muka heranku, aku menganggukkan kepala. Ternyata tadi senyuman mereka dan kata-kata tadi berfungsi untuk menyemangatiku saja. Kini, aku tahu kalau mereka tadi lelah, namun mereka tak ingin menunjukannya padaku, justru malah menyemangatiku. Terimakasih teman–teman, kalian mengajariku hal yang sungguh luar biasa. Kalian mengajariku bahwa ketika aku letih, aku tak harus merintih. Rintihan itu hanya membuat kita semakin lemah. Ganti keletihan dengan keceriaan. Itu akan mendorong diri kita untuk tetap bahagia dan tak mudah putus asa. Jadi, hadapi segala rintangan dan masalah jangan dengan rintihan dan keluhan, melainkan dengan keceriaan yang akan berbuah indah nantinya. Percayalah Everything happens for good reasons, setiap kejadian itu pasti untuk alasan-alasan yang indah.
Ketika Indah Tak Selalu Megah
“Oko madah diam di ngoto”. Itulah kata – kata yang seringkali kusebut ketika memperkenalkan diri di setiap stasi yang dikunjungi. Kata-kata itu memiliki arti “saya senang tinggal disini”. Banyak hal-hal baru dan menarik kutemukan selama aku hidup di sini. Keseharian yang jauh dari fasilitas dan teknologi yang maju telah membuktikanku bahwa itu hidup itu indah. Ketika handphone bukan lagi hal utama untuk berkomunikasi di sini, aku sungguh merasakan keindahan. Aku tercengang ketika warga bisa berkumpul bersama tanpa ada orang yang bermain handphone. Kami semua fokus pada siapa yang sedang berbicara. Hal semacam ini tak pernah lagi kutemukan di daerahku, Yogyakarta. Di Botong, aku merasakan kehangatan, kekeluargaan, persaudaraan yang nyaman saat berkumpul bersama, tak ada lagi yang sibuk dengan handphone masing-masing. Di sini, aku lebih bisa berinteraksi dengan orang-orang yang di hadapanku tanpa harus memikirkan orang lain yang ada di handphone-ku. Walau hanya berkumpul di bawah terangnya bulan bintang dan terang lilin yang samar-samar, justru bulan dan bintanglah yang menerangi pembicaraan kami. Kini kusadari bahwa dalam kesederhanaan kutemukan kesempurnaan dan keindahan.
Ketika kata berbicara
Inilah yang bisa kutuliskan untuk para sahabatku di Botong tanpa terkecuali. Onih kabar kenak? Baek kah? Halo sahabat-sahabat dan orangtuaku di Botong, senang rasanya bisa menikmati anugerah Tuhan dalam setiap perjumpaan. Syukur tak terhingga bisa mengenal teman-teman semua yang sungguh mengubah hidupku. Saat kembali ke Yogyakarta, aku sungguh merasa perbedaan bagaimana hidupku di Botong dan bagaimana hidupku di sini. Ketika aku dihadapkan sebuah tanggungjawab yang berat dan membuatku mengeluh, aku langsung teringat bagaimana teman-teman di Botong mampu menjalani lika-liku kehidupan yang menurutku justru lebih berat daripada di Yogyakarta.
Terima kasih telah mengajariku untuk selalu semangat dan bersyukur walau banyak rintangan yang harus kuhadapi. Terima kasih juga karena teman-teman telah menjaga dan mencintai alam dengan baik sehingga ketika aku bisa merasakan dan mensyukuri keasrian ciptaan. Sedih hatiku saat hendak berpisah dengan teman-teman, aku masih merasakan bahwa aku belum sangat berguna di sana, aku belum bisa optimal membantu kalian. Maafkan aku atas segala kekuranganku, sobat. Sobat, tahukah lirik lagu Anak Kualan Sekayok yang salah satu syairnya menyatakan, “jangan rusak alam cinta sesama, rajin belajar tak lupa berdoa”. Sobat, tetap jaga alam kita, ya! Jangan rusak alam yang sudah terlebih dahulu berbuat baik untuk kita. Yang terakhir adalah tekun belajar tak lupa berdoa. Teman-teman harus menjadi anak-anak yang cerdas. Ayo, belajar dan berdoa ya! Besok sekolah di Jogja dan kakak tunggu di sini, hehehe.
Teman-teman, itulah sepenggal cerita yang bisa aku bagikan lewat tulisan ini. Setiap perhentian dan perjumpaan dalam perjalanan selalu memberiku pelajaran penting dalam hidup ini, khususnya untuk lebih senantiasa bersyukur dan semangat menjalani hidupku selanjutnya. Terima kasih teman-teman…
Kuyuk diberi makan pak petani
Supaya mereka tak akan mati
Kutemukan kenangan manisku disini
Kenangan yang selalu memberiku arti
Buah selasih dipetik di daerah Jangat
Enak rasanya jika diberi sedikit ragi
Terimakasih umat Botong atas pelukan yang hangat
Sehingga membuatku rindu tuk bersamamu lagi
0 Komentar