1. JEJAK KAKI PERJALANAN SURGAKUALAN
Adil Ka’talino, bacurami Ka’saruga basengat Ka’jubata. ARUS!!!
“aku takut saat hidup terlihat begitu mudah, karena disana mungkin ada yang salah”
Menjadi penggerak dan aktivis di Jawa mungkin menjadi hal yang wajar dan biasa saja, terlalu mainstream untuk menjadi seperti ikan dalam aquarium, karena sesugguhnya ia tercipta untuk mengelana dan mengarungi samudra. Bukan untuk membuktikan seberapa kuat dan seberapa hebat. Tapi untuk menjadi saksi dan akhirnya menyatakan bahwa karya Tuhan indah tak terhingga. Lalu untuk mengatakan YA pada sebuah tawaran, terkadang begitu mahal. Ketakutan sering membutakan hati. Tapi saat kita berani mengatakan YA dan AMIN, Tuhan selalu mengerti maksud baik dari setiap niatan anak-Nya. Hal itu pula yang berkecamuk dan terjadi di hati seorang Dea, pendamping PIA biasa saja yang diajak keluar dari zona nyamannya untuk menantang diri pergi bermisi ke Kalimantan bersama Jejak Langkah Misioner. Lalu aku merasa, bahwa ini tidak mudah, tapi kesempatan ini juga bukan hal yang salah untuk diambil. Berproses bersama teman-teman JLM, berdinamika, mencari dana, dan bersiap bersama merupakan masa-masa indah. Disana saya menemukan keluarga baru,yang mau menerima dan mengerti saya apa adanya.
22 Desember 2015
Tanggal sacral yang aku nantikan selama 5 bulan terakhir itu akhirnya datang. Penerbangan Jogja-Pontianak berjalan lancar. Sampai bandara Supadio kami langsung dijemput Aswin dkk dengan 2 mobil. Lalu kami transit di Paroki Balai Berkuak untuk melepas lelah barang semalam dan paginya kami melanjutkan perjalanan ke Botong lewat jalur air. Merupakan suatu hal yang istimewa karena hari itulah untuk pertama kalinya aku injakkan kaki di Bumi Kalimantan pulau yang sangat besar dan kaya. Perasaan haru, deg-degan, bahagia dan perasaan jauh dari rumah berbaur jadi satu. Tapi, sekali mengatakan YA, langkahkanlah kaki dan jangan berbelok kiri-kanan. Ada keyakinan di hati bahwa di depan sana sudah menghadang berjuta pengalaman yang tak akan mampu dibeli oleh apapun. Hari itu, walaupun aku sendiri mengalami berbagai perasaan yang berkecamuk, aku mencoba untuk menghibur teman-teman dengan candaan dan member mereka semangat. Selain itu aku juga belajar bahwa kata ‘dekat’ diJawa dan diKalimantan itu berbeda. Saat di Jawa kata dekat itu berarti sungguh dekat, ‘dekat’ di Kalimantan itu mungkin seukuran naik mobil 7 jam atau berjalan kaki 2 jam. Hari itu aku belajar bahwa setiap perjalanan ada yang dituju dan ada yang ditinggalkan.
“Ikutilah tandanya, dan akan kau temukan surga”
23 Desember 2015
Sungguh ku melihat surganya. Taman eden itu sungguh ada. Disana mengalir sungai yang bertabur kilauan emas. Setiap tumbuhan hidup ditanahnya. Hewan baik yang ganas maupun jinak menjadi sahabat. Sungguh unik dan mempesona. Belum pernah aku melihat dunia seindah itu, tempat yang ku sebut sebagai potongan surga yang turun ke dunia. Panggilah dia “Kualan”. Kedatangan kami di Pra Paroki Botong St.Maria Kualan Sekayok disambut meriah. Melalui upacara Pancong Buluh Muda dan upacara minum tuak kami terima untuk tinggal. Hari ituaku mengenal Kak Weny Frida- seorang guru muda yang sangat cantik dan hebat. Dirumahnyalah aku menginap dan menemukan keluarga baru bersama dua rekanku Putri dan Mita. Kami tinggal di rumah Kakak Weny bersama nenek. Bahagia rasanya bisa sampai di negeri dongeng yang nyata ada. Walaupun ada sedikit rasa shock saat menyadari disana tidak ada sinyal. Mulai saat itu pun aku memulai kehidupanku di Botong dengan antusiasme penuh.
“Surganya sudah ku lihat.Lalu?”
24 Desember 2015 Malam Natal di bawah garis Katulistiwa
Pagi pertama itu aku bangun awal dan mencuci di Sungai Kualan bersama Kak Weny. Baru jam 6 pagi tapi matahari sudah teramat terik. Hari itu aku bermain bersama anak-anak Botong. Kami memetik bunga dan mencari akar gantung untuk membuat hiasan Natal Gereja. Sangat mengasyikkan. Bunga tumbuh dimana-mana. Kalau di Jawa, makan duku, rambutan, durian dan buah lainnya harus beli, disini kami cukup pergi ke ladang dan memetik. Bahkan kalau mujur tinggal ambil buah yang jatuh dibawah. Buah disini ada macam-macam: durian, langsat, matoa, pekawai, mentawak, buah kamantan, buah ara, cempedak dan masih banyak lagi. Makanan disinipun sangat beragam. Ada babi yang disebut dori, ayam yang dipanggil manok, kerang sungai yang disebut concong, pakis, pucuk ubi, rebung, kaki meja atau nasi ketan pulut yang dimasak dalam buluh bambu, dan masih banyak lagi. Mencicipi makanan,berkenalan, bermain dan berdekatan dengan warga Botong sungguh merupakan pengalaman yang istimewa. Budaya mereka, cara mereka menerima kami dan tradisi yang ada begitu cantik.Jangak dalam bahasa Kualan.
Malamnya misa Natal berlangsung meriah. Walau sudah berkomitmen, Natal pertama tanpa mamae-papae dirumah ini sedikit membuat rindu. Tapi seorang misionaris memang harus pergi, karena itulah tugasnya.
“Lalu, hidup itu sepertiriam, kadang ia tenang, kadang pula bergejolak. Itu semua untuk menyadarkan manusia bahwa Tuhan mengajari umatnya dari semua kejadian. Percayakah kamu?”
25 Desember 2015
Siapa bintang-bintang misioner? SAYA!!!
Siapa sobat-sobat Tuhan Yesus? KAMI!!!
Siapa pewarta kabar gembira? KITA!!!
Berkat Tuhan melimpah sluruh dunia
Dikluarga aku ada, disekolah senyum cerah
Digereja siap sedia, cinta alam dan sesama
Cerdas mencipta berkarya rengkuh semua jadi saudara
Dimana-mana. . . . .
Terlibat berbagi berkat!
Mengajari lagu baru ciptaan kakak Romo Yoseph Nugroho Tri, ini ke anak-anak Botong dan seluruh stasi tujuan turne kami adalah tantangan tersendiri. Suaraku ini kalau buat nyanyi kurang ¼ gitu. Tapi dengan penyertaan Tuhan yang Maha luar biasa kecenya, walaupun aku salah, tapi adik-adik bisa menyanyi dengan benar. Herannya. Mereka hebat!
Hari itu pula kami memulai turne pertama kami. Tujuan pertama adalah Stasi Empasi. Lokasinya cukup dekat dengan Botong. Karena ini adalah turne pertama akupun terheran. Baru kali ini naik motor di jalan tanah terjal seperti jalan gunung. Membonceng bang jail, koster setempat,aku merasa aman.Was-was tetap juga. Aku pikir jalan buruk itu mengerikan. Ternyata, bang Jali bilang ada yang lebih mengerikan lagi. Waduduh. Terdengar seru.
Hari itu pula, selain JLM, hadir di tengah kami 4 mahasiswa KKN Atmajaya, yaitu Ivan, Erwin, An, dan Michael. Bahagia bisa mengenal teman baru. Hari yang melelahkan, untuk dihadapi dan selanjutnya Tuhan yang akan menakhlukannya untuk kita.”Aku percaya bahwa setiap perjalanan tercipta untuk mengajarkan kepada kita arti dari kesabaran dan keberanian”.
26 Desember 2015
Turne hari ini adalah Stasi Kek Baok and Kring Kontok. Di Kek Baok ada begitu banyak anak-anak yang semangat. Bahagia bisa bertemu mereka. Aku juga belajar bahwa dimanapun kita berada kita harus memiliki semangat untuk selalu berbagi seperti kata Kak Nawie. Selalu hadirkan dengan gelas yang terisi setengah. Isinya bisa kita bagikan dan sisanya pun masih dapat kita penuhi dengan semangat dan pelajaran baru. Sorenya,turne di Kring Kontok.Aku merasa tersentuh bahwa kotbah hari itu berisi sharing tentang keluarga. Baru aku sadari bahwa semua orang selalu pergi untuk kembali. Dan tempat untk kita kembali adalah rumah tempat yang selalu kita tuju untuk pulang. Seperti kitapun berasal dari keluarga Bapa, pada saatnya, kita akan pulang kerumah Bapa. Kesadaran ini patutlah menjadi dasar bagi kita untuk menyadari arti kerendahan diri dan kepasrahan pada penyelenggaraan Ilahi.
”Keberanian itupun tak pernah cukup, masih dibutuhkan jiwa yang rendah hati dan luar biasa untuk menggenapinya”.
27 Desember 2015
Hari itu kami turne ke Kring Jangat, lokasinya ada di balik bukit. Jalan sungguh mengerikan. Perjalanan ditempuh kira-kira 1½ jam dari Botong. Untuk pertama kalinya aku menemui batu keramat atau di buku IPS Sejarah, terkenal dengan menhir. Setelah menempuh perjalanan, kami mandi di riam. Belum selesai mandi, hujan datang. Ternyata jangat adalah lokasi terpencil dan desa wiwitan. Hari itu aku belajar lagi bahwa perjalanan ini tidak mudah, tapi untuk segala hal yang ada di bumi Tuhan menyelenggarakan melindungi seperti Bunda yang Maha Rahim.
”Menggenapinya, aku pasrahkan segala hidup pada penyelenggaraan Tuhan, karena hidup ini teka-teki”.
28 Desember 2015 – 30 Desember 2015
Inilah hari dimana kami mulai Turne penuh selama 2 hari dengan Johnson (long boat dengan mesin bermerk Johnson) dan berjalan kaki.
Pertama adalah Stasi Simbal dan Kemunduk. Di Simbal kutemui pengalaman menyenangkan. Bernyanyi dan mengajari anak-anak untuk membuat tanda salib di padang lapang. Sungguh mengesankan. Lalu di Kemunduk, sungguh berkesan saat untuk mandi pun kita harus berjalan jauh karena Sungai Kualan Hilir yang sudah mulai keruh karena terusak oleh Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI). Sungguh disayangkan. Tapi aku selalu percaya bahwa semua masih bisa diperbaiki karena anak KualanSekayok masih punya janji. Semangat budaya punya harga diri, jangan rusak alam, cinta sesama, rajin belajar, tak lupa berdoa.
Hari berikutnya turne kami adalah Stasi Siong dan Stasi Paoh. Di Siong, kembali aku temui pengalaman luar biasa. Bernyanyi dan belajar bersama anak-anak di Siong di pantai sungai. Dalam turne 2 hari ini, JLM di damping oleh teman-teman OMK Botong, diantaranya ada bang Jali, bang Korsen, Heri, Victor, Pio, Vello, Dadin, Rosa ,Anna, Marlen, Pandu, Yesi, Kemuning, Rudi, Hendri, Robel, Neneng dll. Hari itu aku belajar makna pengorbanan dari adik baruku, Dadin dan Victor. Bagi keselamatan kami semua mereka mengorbankan diri untuk meminum 1 ceret tuak agar kami tidak sakit. Walau itu semua akhirnya membuat mereka poyon (mabuk-bahasa Kualan). Pasti sangat menyakitkan. Tapi aku ingin mengucapkan terima kasih untuk pengorbanannya. Malamnya misa di Paoh berjalan lancar. Saat itu barulah terasa gejala kelelahan melanda kami. Sebagian dari kami tumbang, tapi semangat masih ada di hati. Malam itu kami singgah di Paoh dan paginya kami berjalan cukup jauh. Yang disambung perjalanan dengan Johnson menuju Teluk Sandong. Teluk Sandong adalah tempat yang sangat cantik. Tebing sungai, padang lapang, jembatan gantung, seluruh sudutnya begitu indah. Misa dihadiri sebagian besar oleh anak-anak. Kebanyakan orang-orang tua menorah karet dan berladang. Setelah itu tentu kami lelah, kami kembali ke Botong dan merasa lega. Kami serasa pulang kerumah. Kami menyadari bahwa kami merasa Botong adalah rumah kami. “Teka-teki tercipta untuk dijawab. Jawaban dari setiap pertanyaannya kami temukan dalam setiap perjalanan.”
31 Desember 2015
Hari ini, gelas yang kami bawa dengan isi setengah itu, isinya akan kami teguk bersama, lalu kami akan mengisinya penuh dengan air Kualan. Out Bond cinta alam dan Sekami adalah acara kami adakan dengan bekerjasama antara OMK Botong dan JLM. Kami semakin diperkaya melalui segala hal yang kami bagikan dan kami dapat. Begitu banyak ide terlahir dari OMK Botong dan kami menikmati hari itu. Hari itu istimewa. Kami menutup hari itu dengan misa pergantian tahun dan bersama masyarakat, kami menyambut datangnya tahun baru di lapangan sepak bola Botong dengan menyalakan api unggun setinggi 10 meter. Ini hal unik yang baru bagi kami. Terheran dengan semua itu, kami menikmati semuanya dengan rasa syukur tiada tara.
“Perjalanan ini bagaimana mungkin dapat terlupakan, berada dipelukanMu mengajarkanku akan artinya kenyamanan-kesempurnaan cinta-Nya”.1-2 Januari 2016
Ku nikmati hari itu untuk istirahat dan ngobrol banyak hal dengan kak Wenny. Begitu banyak pelajaran, pengalaman, dan kisah sudah aku lalui. Kini istirahat adalah hal terbaik. Semangat hidup yang aku dapat di Botong yaitu “tenangnam” yang berarti, santailah. Kalau aku sendiri betapa hidup ini perlu di nikmati, tak perlu kita terburu oleh segala hal yang mengejar. Hiduplah untuk hariini dan esok hiduplah untuk esok. Hari terakhir menginap di rumah kakak Wenny, aku sedih karena ayam nenek harus mati satu untuk dibunuh dan dimasak bagi kami. Nenek kak Wenny sudah tua dan tidak menoreh lagi. Di kesepiannya nenek selalu ditemani manok (ayam-bahasa Kualan) dan kuyuk (anjing-bahasa Kualan) peliharaannya. Aku menangisi ayam nenek, tapi nenek menertawakanku. Malam itu kami makan bersama dengan opor ayam nenek.
“Cinta yang adadi rumah kak Wenny akan membawaku pada kenangan untuk selalu ingin kembali”.
3 Januari 2016
Aku sadari perjalanan jejak pencarian harta karun Kualan ini akan segera berakhir. Hari itu kami kembali ke Balai Berkuak untuk selanjutnya ke Pontianak dan kembali ke Semarang. Perjalanan ini tetap ditemani OMK Botong. Mereka sungguh luar biasa. Karena sebagian besar OMK Botong Sekolah di kota, ada 1 pesan dari Dea untuk OMK Botong, ”Karena tujuan dari setiap perjalanan adalah untuk pulang. Pergi itu untuk kembali, jangan lupa untuk pulang!”
Lalu mengenai perjalanan ini, aku tak akan menyimpulkan, karena sang misionaris masih akan tetap berjalan. Perjalanan ini belum selesai. Masih banyak jejak yang belum terselesaikan.
Duc in Altum. Bertolaklah ke tempat yang dalam.
Victoria Amadea Prayuasri
Victoria Amadea Prayuarsi, biasa dipanggil kak Dea oleh anak-anak Pendampingan Iman Anak dan Remaja (PIA-PIR) yang didampinginya. Dea berasal dari paroki St Yusup Pekerja, Mertoyudan, Magelang. Dea aktif dalam berbagai macam gerakan KKM-KKI KAS, terutama dalam Serikat Pengembangan Iman Anak dan Remaja Misioner (Sekami). Saat ini Dea masih dalam proses menyelesaikan kuliahnya di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dea yang gemar membaca, memasak, dan jalan-jalan ini memiliki motto hidup, “Diparingi sehat kudu manfaat; Jalan serta Yesus jalan-jalan terus”
1 Komentar
Wow.....Baca catatan harian mb Dea seakan aku ikut di dlmnya, ada bersama mb Dea. Aku jd ingat masa kecil dulu di daerah di Sumatera Selatan, ikut bpkku yg seorang katekis, ke daerah2 terpencil utk memberi pelajaran agama Katulik,mengajar bernyanyi, pelajaran katekumen, kursus perkawinan dsb. Saat musim kemarau debu luar biasa dan kala musim hujan, jalan pun berubah jd sungai.... Belum lagi ketemu binatang buas, ketemu ular besar, diseruduk babi hutan.... Kadang pulang ke rmh tubuh sdh penuh dgn luka karena medan yg dilalui msh liar dan sangat sulit.... Mb Dea beruntung bisa ikut JLM. Bisa dapatkan pengalaman yg pasti akan semakin menempa pribadi mb Dea...Dan itu akan jadikan mb Dea menjadi semakin misioner.... Goodluck mb Dea...Tuhan Yesus akan selalu menyertai setiap langkahmu....
BalasHapus