JLM#1- PERJALANAN SAHABAT YANG SALING MENGUATKAN


6. PERJALANAN SAHABAT YANG SALING MENGUATKAN

Perjalanan (Emaus) Kalimantan
Ketika mendapat ajakan Romo Nugroho untuk mengikuti kegiatan Jejak Langkah Misioner (JLM) langsung saja saya setuju tanpa berpikir agenda tugas kerja dan tugas di gereja yang lumayan padat, dari panitia Paskah, panitia pergantian, pembekalan hingga Pelantika Dewan Paroki Randusari 2015-2018.Dengan semangat tetap saya maju dan memilih tetap mengikuti JLM ini, walaupun dalamproses persiapan baik pertemuan tiap bulan dan pencarian dana tidak semua saya ikuti

Tidak mengikuti beberapa proses dan berasal dari kevikepan yang jauh dibanding teman-teman JLM membuat saya agak susah mengkuti pembicaraan bahkan terkadang roaming dalam mengikuti guyonan dalam proses ini mengajak saya banyak mendengar dan menyimak, serasa pengalaman yang saya dapatkan selama saya terlibat tidaklah berarti karena di JLM saya bersama orang-orang yang lebih banyak terlibat akan aneka kegiatan.

Melihat proses persiapan bukan semakin mantap akan mampu tetapi makin pesemis saja.Mirip seperti Kleopas dan temannya dalam Perjalan di Emaus yang galau karena wafat Yesus. Padahal mereka berharap Yesus menjadi nabi dan menyelamatkan bangsa Israel, namun sebaliknya, Yesus wafat disalibkan.

Di sepanjang perjalanan ada-ada saja pengalaman. Di awal kami sudah merasa down karena bekal bibit tanaman yang rencananya akan kami berikan sebagai kenang-kenangan untuk keluarga live in tidak dapat dibawa dalam pesawat karena harus melalui proses karantina. Dari Adi Sucipto kami mendarat di bandara Supadio Pontianak. Dari bandara,kami melanjutkan perjalanan menuju Balai Berkuak, perjalanan mobil 5-6 jam. Lamanya perjalanan memberi waktu untuk saling bercerita satu dengan yang lain. Saya mendengar cerita dari teman-teman tentang pengalaman mereka berkegiatan sebelum berangkat.Usaha yang luar biasa para teman dalam berkegiatan. Ada yang bercerita tentang padatnya kegiatan “Kirab Salib Asian Youth Day” di Kevikepan Kedu. Ada juga yang sangat padat bekerja,kuliah dan pelayanan mereka.

Kami pun sampai di paroki St Martinus Balai Berkuak disambut anak-anak muda yang sedang latihan koor untuk tugas Natal. Kami pun bermalam di pastoran paroki Balai Berkuak. Dalam proses perjalanan dan singgah bermalam di paroki balai berkuak ini saya berjumpa orang-orang yang gembira dalam pelayanan dan setia dalam panggilan hidup mereka sebagai penyampai kabar sukacita.


Sub Tutela Matris
Setelah semalam di Balai Berkuak, kami sampai di Pra Paroki Botong. Kebetulan bahwa PraParoki ini memiliki kesamaan dengan paroki saya, Katedral Semarang. Keduanya sama-sama meneladan Bunda Maria dan Berlindung dalam perlindungan-Nya (Sub Tutela Matris) keteladanan Bunda Maria akan ketaatannya sebagai hamba Tuhan (dan Jadilah padaku menurut perkataanMu). Pra paroki Botong yang taat untuk melestarikan alamnya,tidak terbujuk keuntungan sesaat atau keuntungan beberapa oknum untuk mengijinkan daerahnya masuk dalam Penambangan Emas Tanpa Ijin (PETI), Pra Paroki Botong yang mendapat aliran sungai Kualan yang masih jernih, kekayaan alam yang melimpah, ikan,udang,chongchong yang tinggal mengambil di sungai kualan,aneka buah dan sayuran yang bisa dengan mudah didapat ditambah budaya keakraban dan kekeluargaan yang masih terjaga yang terlihat saat tradisi Natal para warga masih saling mengunjungi satu sama lain. Sungguh sangat-sangat tepat paroki yang berlindung pada Bunda Maria.

Meski demikian, ada juga kebiasaan yang yang kurang baik, yaitu kegemaran untuk minum sampai poyon (mabuk-bahasa Kualan).

Hidup Bersama sebagai keluarga Allah
Selain memiliki potensi alam yang luar biasa kaya, Pra Paroki Botong memiliki masa depan penerus yang baik.Anak-anak memiliki semangat belajar yang patut dibanggakan, terbukti dari semangat mereka untuk menempuh jenjang pendidikan formal yang tinggi cukup. Banyak yang sejak SMP anak-anak telah berpisah dari keluarganya menuntut ilmu di tempat lain yang cukup jauh seperti di Balai Berkuak, Balai Semandang,Pontianak dan Ketapang. Di saat anak SMP di Jawa masih dibawah ada dalam pengawasan pembantu rumah tangga atau orang tua, disini mereka  berani mengambil sikap memilih jauh dari orang tuanya untuk masa depan mereka. Semangat itu tidak hanya terpancar pada pendidikan formal tetapi semangat dalam menggereja, saat liburan sekolah mereka kembali ke daerahnya dan aktif dalam tugas pelayanan digereja dan sangat antusias membantu kami dalam turneke stasi-stasi di bawah Pra Paroki Kualan Sekayok hingga kami menjadi suatu keluarga besar yang baru, kami hidup bersama(de botong) sebagai keluarga Allah. Keaktifan dan semangat teman-teman di Botong inilah yang membuat saya banyak belajar bagaimana terlibat dan setia pada pelayanan hingga merasa bahwa merekalah yang pantas menjadi peserta JLM.


Tuhan Sungguh Baik
Berkesempatan tinggal bersama teman-teman JLM yang handal dan bersama teman-teman Botong yang memiliki semangat dan jiwa pelayanan tinggi serta alam Botong yang memiliki kekayaan luar biasa membantu saya mendapatkan banyak pengalaman dan memberi kesempatan bagi saya untuk mengalami banyak hal. Saya mengalami keramahan warga Botong, pengalaman mandi di riam bersama anak-anak, belajar cara menyelam dari sungai bahkan melompat dari pohon untuk masuk ke sungai, sedangkan anak-anak mudanya yang setia menghantar kemanapun dari mencari tempat di mana kami makan hingga mengantar pulang pergi dari stasi Simbal ke Botong dan kembali lagi ke Simbal hanya untuk mengambil stola dan kasula yang tidak terbawa saat turne.

Banyak dari mereka meminta kami untuk memperpanjang waktu tinggal di desa Botong. Teman-teman JLM yang semakin hari semakin solid saling membantu dan mengingatkan satu sama lain, bersedia berbagi dan membagi tugas. Ibarat sebuah jari saya seperti jari kelingking yang kecil diantara jari-jari yang lain namun menjadi perpaduan yang utuh.

Babi adalah hewan istimewa bagi saya. Dori (babi-bahasa Kualan) yang di jawa dianggap hewan yang menjijkan dan najis, hewan yang dihindari apabila dijumpai dan jarang langsung dijumpai. Kalaupun ada, tentu sudah menjadi potongan daging. Di Botong tiap-tiap rumah hampir semua memiliki dori dan dori lalu lalang tanpa pernah terlihat garang. Yang lucu lagi malah dori yang takut dengan manusia dan yang menyenangkan saya setiap kali kesempatan makan selalu ada menu dori. Dori menjadi bahan obrolan canda satu sama lain dari mama dori, dori mori, kuyuk dori.Ini mengakrabkan kami,dori melampaui segala indera, meretas batas suku bangsa, ras dan agama. Mengetahui kata dori dalam bahasa Kualan membuat kami mulai mengerti bahasa yang lain. Karena bahasa dori pulakami mengerti akan kasih, mengerti akan persaudaraan yang tak bertepi, pelayanan dan pengorbanan serta cinta alam dan sesama.

Namun suatu perjumpaan merupakan awal suatu perpisahan,banyak teman Botong mulai pulang ke tempat mereka menuntut ilmu dan kami pun juga pulang ke Jawa.Tidak ada lagi tawa canda, berdinamika bersama bahkan tidak akan lagi melihat dori yang lalu lalang maupun dalam makanan yang sering kami santap disini. Kebersamaan selama ini telah mengikat kami menjadi sebuah keluarga,ikatan yang ada mengurat akar didada dan biarlah tersimpan selamanya. Namun apabila ingatan ikatan ini muncul di pikiran, semoga ada saat berjumpa kembali atau semoga air yang aku gunakan membasuh muka mampu menghaus rindu akan segarnya air sungai kualan, biarlah aneka masakan babi di Semarang mampu mengobati rindu akan semua hal dori yang ada di Botong ini. Kalau tidak biarlah banyak untaian doa yang akan terucap untuk menghapus rinduku, rindu akan semua kebersamaan bersama keluarga JLM dan Botong, rindu akan keindahan desa Botong, rindu akan persaudaraan persahabatan dan segala hal tentang Botong dan semoga doa yang terucap sampai pada semua. Semoga pengalaman di JLM ini mampu memperkaya kami, semoga pengalaman di JLM mampu kami wartakan dan kami bagikan dan menjadi berkat bagi sesama dan semoga Ia yang memulai karya baik diantara kita akan menyelesaikannya.
Hari Raya Penampakan Tuhan, 3 Januari 2016

A. Buntas Hasta Juan Hari

Hasta atau Bendol adalah nama panggilannya. Hasta berasal dari Paroki St Perawan Maria Ratu rosario Suci Randusari Katedral Semarang. Hasta gemar membaca dan melakukan perjalanan (travelling). OMK yang juga dipercaya menjadi Sekretaris Dewan Paroki Katedral ini memiliki motto hidup “Ia yang memulai karya baik di antara kita akan menyelesaikannya.”

Posting Komentar

0 Komentar