JLM#1- SETENGAH GELAS


3. SETENGAH GELAS

Aku yang memilih, atau aku yang dipilih? Pertanyaan ituterus menerus muncul dalam prosesku bergulat secara pribadi maupun dalam dinamika keluarga “Jejak Langkah Misioner”. Berawal dari sebuah cerita tentang ladang misi, sebuah tempat yang tak pernah terbayangkan dalam hidupku, tempat dimana tidak ada penerangan yang konsisten, tempat yang tidak ada sinyal provider di era yang serba maju ini, tempat dimana akses jalan teramat sulit, dan tempat dimana sikap “Ya,aku akan berangkat misi”. Apakah aku sadar benar dengan jawaban ini? Kembali kuyakinkan diri. Apakah ini memang pilihanku? Kembali kurenungkan lagi. Ketika aku sadar benar akan ada resiko dalam tiap keputusan. Siapkah aku dengan resiko itu? Keputusan sudah bulat, akan kuambil pilihan ini, aku rela melepas kelekatanku” selama ini, termasuk kulepas karir dan pekerjaanku. Apakah aku yang memilih keputusan ini? Atau aku yang terpilih diantara ribuan OMK yang ada di KAS yang boleh membagikan sukacita Kasih Allah? Entahlah, satu hal yang meyakinkanku dengan keputusan ini adalah aku akan menemukan jawaban yang sangat indah dalam proses misi ini. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Aku yang memilih kamu” kiranya kutipan injil ini terus menerus meyakinkanku atas semua keputusan dan pergulatan diri.

Proses perjumpaan dengan teman-teman semisi dimulai. Mulai dari perekrutan, penggalian informasi misi, penggalangan dana dan persiapan materi misi penuh dengan dinamika yang luar biasa menguras begitu banyak energy, pikiran, psikis serta menuntut tanggung jawab yang luar biasa berbekal keyakinan dan tujuan yang sama untuk berbagi kabar suka cita Allah semua dapat terlaksana sesuai dengan tugas masing-masing.

Disertai dengan emosi, peluh dan kadang air mata,siaplah kami, 11 orang muda Katolik yang berani mengambil pilihan untuk proses yang lebih dalam lagi mengolah diri dan berbagi dengan saudara-saudara seiman di Pedalaman Kalimantan.

Mulai kami kosongkan gelas dalam pikiran dan diri kami masing-masing untuk kami isi bersama dengan menu yang sama sebatas setengah isi saja, untuk proses-proses selanjutnya. Salib perutusan Misi telah resmi di serahkan langsung oleh Romo Administrator Diosesan KAS. Semakin meneguhkanku akan pilihan hidupku sekaligus mengemban tanggung jawab perutusan sebagai umat Allah yang harus dijalankan. Borneo kami datang!

Cemas, takut, khawatir, bingung, senang, bangga, dan aneka rasa yang lain terus menerus dan bergantian memenuhi pikirku sepanjang perjalanan Jogja – Pontianak –Balai Berkuak. Sebuah perjalanan singkat dengan beribu makna yang tak terungkapkan. Perjalanan berlanjut Balai Berkuak – Botong dengan perahu Johnson. Perjalanan awal dalam keheningan menyusuri sungai Kualan dan menikmati karunia alam ciptaan. Perjalanan yang sarat makna pembelajaran, harus berani melawan arus untuk hal-hal yang kita yakini untuk kebaikan, meski harus beberapa kali sampan susah bergerak, perjalanan harus diselesaikan sampai tujuan. Dibeberapa lokasi sempat kulihat rusaknya alam kerakusan penambangan emas tanpa memperhatikan efek kerusakannya. Mungkin penyuka perhiasan emas khususnya akan berpikir ketika melihat kerusakan alam demi perhiasan-perhiasan yang mereka kenakan. Pemandangan yang cukup menyedihkan, sempatkah penggali-penggali emas itu berpikir bahwa selama ini mereka lakukan berimbas yang luar biasa untuk segala makhluk yang ada dihilir. Atau justru mereka tak lagi bisa bedakan dosa dan bukan saat yang mereka lakukan dengan dalih untuk bertahan hidup . Kembali pembelajarankudapatkan di sungai Kualan.

Bunda Maria ditepian Sungai Kualan, beserta seluruh umat menyambut riang dengan adatnya yang masih kental. Menghilangkan segala rasa lelah, cemas, takut, dan kekhawatiran”ku selama ini dan menggantinya dengan beribu perasaan bangga dan sukacitatiada tara. Botong yang selama kurang lebih 6 bulan menjadi fokus dan tujuanku kini aku menyatu dengan ramah umatmu dan elok alammu.


Gelas yang berisi setengah penuh sedikit demi sedikit kubagikan air itu dalam persiapan Natal bersama seluruh umat. Kubagikan untuk membuka kesadaran memanfaatkan yang alam sediakan untuk persembahan dan dekorasi gereja.

Natal dalam keheningan dan kesederhanaan. Yesus yang sungguh lahir di pedalaman Kalimantan di Hulu Sungai Kualan. Yesus yang lahir dalam setiap ramah sapa umat. Yesus yang lahir dalam setiap persembahan dari kesederhanaan umat Botong. Kembali air dalam gelasku perlahandan demi sedikit kubagikan dalam setiap perjumpaan dan setiap kegiatan.

Laksana persembahan janda miskin dalam Alkitab yang memberi bukan dari kelebihan melainkan dari segala kekurangannya. Walau kujumpai dalam setiap kali perjumpaan dengan umat lingkungan-lingkungan dan stasi-stasi dalam turne Natal. Pengalaman yang semakin memperkaya, kearifan lokal budaya dan ramah santun umatnya semakin mengikat tali persaudaran. Semakin kukosongkan gelasku. Kini entahlah akan kembali lagi kepada hidup yang lain, kupenuhi gelasku dengan segarnya air Sungai Kualan. Kupenuhi dengan pengalaman, perjumpaan, persaudaraan, kekeluargaan, dan rasa syukuryangtak terhingga atas alam ciptaan yang dititipkan untuk umat Kualan. Live in, tinggal didalam, ambil bagianhingga akhirnya membagikan apa yang kita punya. Kualan mengajarkan ilmu yang tak terhingga. “Karena Kasih Karunia Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia itu tidaklah sia-sia, bahkan aku bekerja keras daripada mereka semua, tetapi bukannya Aku, melainkan Kasih Karunia Allah yang ada di dalam aku.’’

Bonaventura Susetyo Agung Nugroho

Nawi, demikian biasa Bonaventura Susetyo Agung Nugroho ini biasa dipanggil. Nawi dikenal aktif di kalangan OMK KAS maupun di kalangan komunitas penggiat vespa yang menjadi hobbynya. Nawi berasal dari paroki St Antonius Muntilan. Motto hidupnya adalah, “Hidup laksana ikan, harus berani melawan arus.”

Posting Komentar

0 Komentar