10. JADILAH PADAKU SEPERTI YANG KAU INGINI
Mungkin sebuah perikop yang terlalu sering kita dengar, namun memang benar adanya terjadi. Segala hal yang sudah direncanakan dengan baik dan matang pun, jika bukan kehendak-Nya maka tidak akan terjadi. Berawal dari tawaran, lebih tepatnya cerita tentang bermisi disebuah Paroki di Ketapang. Banyak dinamika yang terjadi, bahkan saya pun harus mengambil keputusan yang berat. Membatalkan rencana yang sudah dirancang untuk menghabiskan liburan Natal, tidak bersama keluarga ketika mereka berkumpul. Membagi waktu antara kuliah, keluarga, dan DIKSASIUS, tak lupa untuk Jejak Langkah Misioner.
Meng-iya-kan tawaran bermisi awalnya memang masih dengan keraguan. Ragu akan kemampuan saya, ragu dengan komitmen yang akan saya jalani selebihnya. Namun keputusan telah diambil, maka segala konsekuensi yang mengikuti akan saya hadapi dan saya laksanakan. Saya percaya, Tuhan telah memulai karya baik dalam diri saya, maka Tuhan pula yang akan membantu saya menyelesaikanya satu demi satu.
Perasaan ragu semakin berkecamuk dalam diri saya. Bertemu dengan teman satu tim JLM, saya merasa kecil, saya merasa saya bukam siapa-siapa dibanding teman-teman yang sudah terlebih dahulu berkembang dalam kegiatan gerejawi. Saya hanya seorang OMK yang membanggakan organisasi yang membesarkan saya. DIKSASIUS, satu wadah yang sangat berjasa dalam hidup saya, rumah saya, keluarga saya. Hanya DIKSASIUS yang saya tahu. Saya merasa kecil dan tidak terlihat, tidak akan menimbulkan efek apapun jika saya tidak ada. Saya yang kecil ini, mencoba melangkah bersama teman-teman saya yang sudah jauh lebih besar dan tampak.
Bukan hal yang mudah untuk menyesuaikan diri dan berdinamika bersama. Perbedaan pola pikir, serta latar belakang yang bermacam-macam pun kadang membuat kami (JLM) kesusahan menyamakan persepsi.
Kesibukan dan kebutuhan pribadi yang beragampun merupakan salah satu faktor yang sering menghambat dinamika kami. Bahkan, tak jarang saya beradu argumen dengan teman dekat saya kala itu. Ketika membicarakan JLM, tertawa, adu argumen, bahkan kesedihan kami bagikan. Banyaknya tugas kuliah yang harus saya selesaikan, kadang membuat saya mengesampingkan JLM. Bukan hal yang mudah pula, membagi fokus dan perhatian pada banyak hal. Ada beberapa hal yang harus dikesampingkan dan ada beberapa hal yang harus diprioritaskan.
Saya bukan pribadi yang pintar membagi waktu dan saya akui dengan berbagai kesibukan, saya kewalahan. Namun, rasa ingin menunjukkan pada semua orang bahwa dengan bermisi, sayapun ingin menjadi sesuatu bagi orang lain, rasanya membuat saya memilii tekad kuat untuk menyelesaikan segala hal dengan baik.
Ketika meng-iya-kan tawaran untuk bermisi, banyak yang mendukung saya. Namun yang meremehkan, serta memandang sebelah mata pun ada. Mereka pikir, saya hanya bermain, apalagi dengan waktu yang hanya 2 minggu kami berdinamika, mau dapat apa? “Kurang gawean”. Namun, apa yang terucap, maka itulah yang terjadi, dan memang saya sadar betul, mengenai konsekuensi dan segala hal yang mengikuti. Karena pada akhirnya, yang menjalani saya.Bukan mereka. Bukan orang tua saya. Baik buruknya pun saya yang merasa. Hebatnya perjuangan dan usaha, serta upaya yang kami lakukan, kami percaya akan berbuah manis pada saatnya kelak.
Masih seputar persiapan dan pemantapan, dibanding teman lain, saya merasa bahwa sayalah yang paling mudah dan terkesan “tidak berjuang”. Saya tidak harus meninggalkan pekerjaan saya, saya tidak harus bekerja membanting tulang untuk untuk memenuhi kesepakatan bermisi, saya pun tidak berpikir keras bagaimana hidup saya setelah bermisi, sayapun tidak harus mengorbankan banyak hal.
Dan lagi, saya masih luar biasa kagum dengan teman-teman satu tim yang berjuang sekuat tenaga melaksanakan misi ini.
Ada banyak hal yang tidak bisa diungkapkan, namun hanya bisa dirasakan dengan hati. Ada banyak hal yang tidak bisa dibagikan, namun hanya bisa tertanam dalam hati. Dan banyak hal yang tidak bisa diabadikan, namun hanya bisa dilihat.
Ada pula banyak hal yang bisa disimpan dalam hati,namun hanya sedikit hal yang bisa dimengerti orang lain. Ada banyak hal yang tidak masuk akal bagi sebagian orang, namun akan menjadi hal yang luar biasa bagi orang lain.
Dalam proses JLM, akan ada banyak hal yang tidak bisa terungkap. Akan ada banyak hal tidak realistis yang terjadi, dan aka nada banyak hal yang hanya bisa tersimpan dalam diri masing-masing.
Satu minggu sebelum keberangkatan kami, saya dihadapkan pada hal yang luar biasa dalam hidup saya.
Dihadapkan pada pilihan yang tidak akan penah bisa digambarkan. Namun pilihan itu mendewasakan saya. Saya pada akhirnya pulang. Sungguh dinamika yang luar biasa yang saya rasakan.
Kerinduan yang luar biasa pula yang pada akhirnya bisa terobati. Kekosongan luar biasa yang pada akhirnya bisa terisi kembali. Pengalaman pulang yang sangat melegakan dan menggembirakan.
Terlalu banyak hal yang saya dapatkan ketika bermisi di Botong. Arti kekeluargaan yang begitu erat. Botong selalu punya caranya sendiri untuk menuntunkita pulang. Botong selalu punya hal yang bisa dirindukan.Tidak semua hal yang tidak di ungkapkan merupakan hal yang tidak dirasakan. Ada beberapa hal yang sangat mendalam, tidak bisa lagi diungkapkan, hanya bisa dikenang.Hanya 2 minggu, namun saya mendapat banyak hal,terutama kesempatan untuk pulang. Pengalaman pertama jauh dari keluarga, dan tidak salingberkabar. Senang sekali rasanya mendengar suara ibu meski hanya dalam telepon. Senang mendengar tawanya,dan segala kepolosanyang diungkapkan ibu.
Ibu yang mendidik dan membesarkan saya, ibu yang selalu membuat saya pulang. Akhirnya saya mendengar suaranya, setelah 2 minggu tidak berkabar. Beliau sehat. Ada kelegaan yang saya dengar ketika mengangkat telepon saya. Nada khawatir yang juga saya rinduan. Ibu, ibu yang masih saya miliki hingga saat ini.Berdinamika bersama, berproses bersama, melangkah bersama. Meresapi dan mendalami arti kata “pulang”.Mengobati berbagai luka, menghargai perjumpaan, dan mencoba berdamai dengan perpisahan.Pada akhirnya, saya ingin seperti Bunda Maria, yang menyimpan segala sesuatunya dalam hati.
Gereja St.Martinus Balai Berkuak, Ketapang, Kalimantan Barat.
Putri Taru Pelangi
Sanka Putri Taru Pelangi, biasa dipanggil Putri, adalah mahasiswi jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Putri berasal dari paroki St Aloysius Gonzaga Mlati Yogyakarta, aktif dalam kegiatan OMK dan pendampingan anak-anak. Putri yang memiliki hoby memasak ini memiliki motto hidup, “Jadilah pelangi untuk sesama.”
0 Komentar