Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035 mencita-citakan terwujudnya peradaban kasih di bumi Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman.
Komisi Karya Misioner Kevikepan Yogyakarta, mengadakan sosialiasi
APP 2017 yang bertempat di Wisma Merpati, Kaliurang selama dua hari, sabtu dan
minggu (21-22/1/2017).
Sosialiasi ini di ikuti para pendamping iman PIA-PIR dari
rayon Yogyakarta, Sleman, Bantul, Kulon progo dan Gunung kidul, sebagai
Moderator adalah tim KKM kevikepan Surakarta, yang dimotori Angga dan Wuri.
Hadir pula Romo Tri Nugroho Romo Yosep Nugroho Tri Sumartono beserta tim Animasi dari Museum Misi Misioner (M3) Muntilan.
Hadir pula Romo Tri Nugroho Romo Yosep Nugroho Tri Sumartono beserta tim Animasi dari Museum Misi Misioner (M3) Muntilan.
Gagasan Dasar APP 2017
Pengantar
Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang (RIKAS) 2016-2035 mencita-citakan terwujudnya peradaban kasih di bumi Indonesia yang sejahtera, bermartabat dan beriman. Apa yang dicita-citakan ini menjadi gerak seluruh umat Allah KAS sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban umat beriman. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika dalam rangka pendalaman APP 2017 kita perlu mendalami RIKAS tersebut agar apa yang menjadi cita-cita Gereja KAS menjadi semakin nyata dalam kehidupan.
Peradaban Kasih
Kasih adalah hukum utama dalam kehidupan umat beriman kristiani. Dasarnya pun jelas, yaitu ajaran Yesus Kristus sendiri. Ketika ditanya soal hukum mana yang terutama dalam hukum Taurat, Yesus menegaskan bahwa hukum yang utama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati dan mengasihi sesama seperti diri sendiri (bdk. Mat 22:34-40). Kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama dengan sepenuh hati menjadi salah satu ciri utama hidup orang beriman.
Orang beriman kristiani, khususnya umat Allah KAS, menghayati imannya dan berjuang mewujudkan peradaban kasih dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Kita sadar bahwa kita hidup bersama di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan banyak orang dari berbagai macam suku, agama, ras maupun golongan. Namun demikian meskipun kita berbeda-beda, kita tetap diajak terus menerus memperjuangkan dan mewujudkan kasih yang tulus, menjalin persaudaraan dengan semua orang tanpa membeda-bedakan. Sebagai warga bangsa, kita terus menerus diajak memperjuangkan nilai-nilai luhur Pancasila, yaitu berketuhanan, berperikemanusiaan, bersatu, berdemokrasi dan berkeadilan sosial bagi seluruh warga bangsa.
Mgr Albertus Soegijapranata, SJ memberikan warisan nilai yang sangat mendalam berkaitan dengan kemanusiaan. Beliau menegaskan bahwa kemanusiaan itu satu kendati berbeda bangsa, asal usul dan ragamnya, berlainan bahasa dan adat istiadatnya, kemajuan dan cara hidupnya, semua merupakan sebuah keluarga besar. Kita yakin bahwa ungkapan ini merupakan sebuah penegasan untuk menghayati nilai-nilai iman di tengah-tengah bangsa yang sangat majemuk. Dan berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila beliau menegaskan bahwa kita juga wajib mendalami, menjabarkan dan memperjuangkan perwujudan Pancasila dasar negara kita, dengan iman yang dikaruniakan Tuhan kepada kita.
Mewujudakan iman di dalam negara yang berdasarkan Pancasila secara jelas terumus dalam RIKAS 2016-2035, yaitu mewujudkan kesejahteraan, menjunjung tinggi martabat manusia dilandasi dengan iman yang cerdas, tangguh, mendalam, misioner dan dialogis.
Sejahtera
Sejatera adalah salah satu kata kunci yang sangat penting untuk mewujudkan peradaban kasih. Mengacu pada dokumen Konsili Vatikan II, Kerasulan Awam artikel 8, orang dianggap sudah sejahtera apabila sudah terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yaitu pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan dan kesempatan kerja.
Umat Allah KAS, dengan Arah Dasarnya telah mengupayakan kesejateraan umat dan masyarakat, terutama KLMTD dengan menyisihkan dana 15% dari kolekte dan persembahan umat setiap bulan. Kongres ekaristi KAS yang ke-3 bulan Mei dan Juni 2016 yang lalu juga memberi perhatian kepada yang lapar dengan mengangkat tema ‘Ekaristi sakramen cinta kasih; kamu harus memberi mereka makan”.
Kita semua berharap agar umat dan masyarakat merasakan kesejahteraan tidak hanya berhenti pada ungkapan-ungkapan saja namun terwujud dalam tindakan nyata sebagai perwujudan iman kita.Yesus sendiri telah menunjukkan peradaban kasih dan kerahiman Allah melalui karya-karya-Nya. Orang buta disembuhkan (bdk. Mat 20::34), yang lapar dikenyangkan (bdk. Mat 14:14-21).
Gerakan APP yang sudah dibangun sejak tahun 1970 kiranya juga menjadi sarana untuk membangun kesalehan hidup dan pertobatan melalui olah rohani dan laku tapa (puasa dan pantang) dan membangkitkan kepekaan sosial umat bersama masyarakat utamanya kepada saudara-saudari yang berkekurangan menurut dimensi sosial-ekonomi sebagai bentuk penghayatan / perwujudan pertobatan dan solidaritas sebagai murid-murid Kristus.
Bermartabat
Istilah ini kiranya menunjuk pada pernghargaan dan penghormatan terhadap martabat manusia yang adalah citra Allah. Dalam masyarakat Pancasila, sila kedua menegaskan akan pentingnya penghormatan terhadap martabat manusia yang secara bagus dirumuskan “Kemanusiaan yang adil dan beradab”.
Penghormatan terhadap martabat hidup manusia harus terus menerus digemakan mengingat di zaman sekarang ini martabat manusia terus menerus digerogoti dengan perilaku-perilaku yang kurang beradab. Pembunuhan yang keji terhadap seseorang hampir menjadi berita setiap hari. Masih diterapkannya hukuman mati di negara kita merupakan contoh bagaimana harkat dan martabat manusia terancam.
Yesus menunjukkan kerahimannya dan mengangkat martabat manusia. Yang disingkirkan dalam kehidupan masyarakat dipulihkannya. Sangat jelas misalnya kalau kita membaca dan merenungkan kisah seorang kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Orang yang terkena sakit kusta tidak hanya disembuhkan oleh Yesus, akan tetapi martabatnya dipulihkan. Orang tersebut diterima kembali dalam masyarakat (bdk. Mat 8:1-4).
Beriman
Formatio iman berjenjang yang digemakan di KAS mengajak seluruh umat agar beriman dengan cerdas, mendalam, tangguh, misioner dan dialogis. Dengan begitu kita berharap iman semakin mengakar dalam diri seluruh umat beriman mulai dari anak-anak sampai lanjut usia. Iman yang mendalam dan tangguh tentu saja menggugah semua orang beriman untuk merayakannya dengan penuh rasa syukur dan mewujudkannya dalam kehidupan dengah penuh gairah.
Iman yang demikian itulah yang kita cita-citakan bersama dan diharapkan senantiasa mendasari setiap gerak langkah menapaki kehidupan di tengah-tengah tantangan zaman. RIKAS disusun untuk membantu umat beriman dalam usaha untuk memupuk agar imannya semakin berkualitas di tengah-tengah tantangan zaman yang semakin maju. Iman yang berkualitas ditandai dengan keeratan hubungan dengan Kristus, semakin peduli pada sesama dan di tengah dunia ikut aktif dalam mewartakan Kerajaan Allah yang membangun hidup manusia di dunia semakin damai dan sejahtera dan keterarahan pada kesempurnaan di akhir zaman di bawah bimbingan Roh Kudus semakin mantap.[1]
Tema:
Aku Pelopor Peradaban
Kasih
Dari tema ini kemudian
direnungkan dalam lima kali pertemuan sebagai berikut:
Pertemuan
I : Aku Dikasihi Tuhan
Pertemuan II :
Kasihilah Sesamamu
Pertemuan
III : Berbeda Disatukan dalam Kasih
Pertemuan
IV : Kasih dalam Kepedulian
Pertemuan
V :
Kasih dan Semangat Berbagi
Kelima sub tema di atas bisa dijadikan sarana untuk mengembangkan dan
mewujudkan nilai-nilai Pancasila. Aku dikasihi Tuhan berkaitan dengan keimanan
(Ketuhanan yang Mahaesa), Mengasihi sesame pada pertemuan kedua berkaitan
dengan nilai-nilai kemanusiaan, sila ke-2. Pertemuan ketiga bisa menjadi wujud
nilai-nilai persatuan dan persaudaraan (sila ke-3) dan pertemuan ke-4 dan 5 bisa menjadi wujud
nilai-nilai keadilan social.
Dalam rangka mewujudkan
RIKAS, apa yang didalami dalam setiap pertemuan diharapkan menjadi usaha
perwujudan konkret kesejahteraan, keberimanan dan kebermartabatan.
Download Bahan APP PIA PIR 2017
- KKM 2017 Bintang Misioner Berseri dan Berbagi
- Gagasan Dasar APP 2017
- APP PIR
- APP PIA
- Profil KKM KKI KAS
- Video Permainan APP 2017
- Video Gerak dan Lagu
[1] Dewan Karya Pastoral
Keuskupan Agung Semarang, Rencana Induk Keuskupan Agung Semarang 2016-2035
Menyongsong Yubileum ter-Agung 2033 Terwujudnya Peradaban Kasih dalam
Masyarakat Indonesia yang Sejahtera, Bermartabat dan Beriman, 2015, hlm.32.
0 Komentar