Rekoleksi Umat Paroki Santo Aloysius Gonzaga Mlati Bersama M3 dan KKM Kevikepan DI Yogyakarta

Sebuah banner besar terpasang di dinding aula SMP Aloysius Sleman dengan tulisan “Bangkit dan Bergerak Melayani Tuhan”.  Itulah tema dari perayaan syukur 80 tahun Gereja Santo Aloysius Gonzaga Paroki Mlati.

Kegiatan dalam menyambut  perayaan syukur tersebut, salah satunya dengan mengadakan rekoleksi umat yang diadakan pada hari minggu pagi (28/3) bertempat di aula SMP Aloysius.

Rekoleksi di ikuti sebanyak 250, dari mulai usia muda (OMK) sampai yang berusia 80 tahun.  Sebagai Moderator dan pendamping dari rekoleksi ini dari Museum Misi Muntilan (M3) beserta Komisi Karya Misioner Kevikepan DI Yogyakarta.


Peserta rekoleksi satu persatu hadir mengisi absensi dan berganti kostum, serta mencicipi snack dan minuman yang sudah disediakan.
Suasana masih adem, peserta yang sudah hadir masih berkelompok dengan “geng nya” masing-masing.

Tim M3 dan KKM mengadakan rapat kecil sebagai persiapan pelaksanaan rekoleksi, kemudian masing-masing pendamping berbaur dengan peserta, agar dapat mengenal satu sama lain.

Kemudian semua peserta rekoleksi di ajak masuk kedalam aula, dan diajak menyanyi dan dan bergerak bersama, sehingga suasana mulai menjadi hangat.

Peserta yang awalnya berkelompok dengan geng nya, mulai di ajak untuk berkelompok berdasarkan gambar buah yang ada di name tag masing-masing, dan para pendamping yang membawa bendera buah mengibarkan bendera tersebut agar peserta dapat mengetahui kelompoknya.

Agar semangat bangkit dan bergerak melayani dapat semakin tumbuh, semua yang hadir dalam rekoleksi menyanyikan lagu mars Gereja Santo Aloysius Gonzaga Mlati.




Acara rekoleksi di buka dengan doa, dan dilanjutkan sambutan pembukaan dari Romo Yulius Sukardi, Pr.  Romo Kardi berharap, acara ini dapat membangkitkan semangat umat Paroki St Aloysius Gonzaga untuk bangkit dan bergerak melayani.

Galeri foto klik disini

Mbak Aant,sebagai koordinator rekoleksi mengajak semua peserta untuk meneriakkan yel-yel:

“Umat Paroki St Aloysius Gonzaga.....”
“Bangkit Berani Melayani...yes..yes..yes...”

“Mana semangat mu.....”
“Ini Semangatku....”

Romo Nugroho kemudian mengajak setiap kelompok yang sudah terbagi berdasarkan jenis buah, untuk menyelesaikan teka teki sembilan titik.
Teka-teki yang kelihatannya mudah ternyata butuh waktu lama untuk di selesaikan, dan untuk menyelesaikan butuh kerjasama semua anggota kelompok.

Acara di lanjutkan dengan permainan “Sharing Holla Hup”, dimana setiap kelompok membuat lingkaran dan bergandengan tangan, dan berusaha memindahkan holla hup dari orang pertama dan kembali lagi ke orang pertama.
Permainan ini sangat seru, karena setiap kelompok berusaha secara cepat menyelesaikannya, bahakan tidak jarang holla hup nyangkut di badan salah peserta.

Makna dari permainan ini adalah untuk lebih mendekatkan peserta satu sama lain, karena dalam permainan ini dibutuhkan kerjasama dan tidak peduli dengan bau keringat orang lain.

Setelah selesai permainan hulla hup, semua pesert rekoleksi diajak untuk masuk kedalam aula untuk pendinginan, dalam kesempatan ini pak Thomas sebagai Moderator acara memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengungkapkan  perasaannya.

Salah satu umat mengungkapakan bahwa, dia tidak mengira bahwa rekoleksi akan menarik seperti ini, gambaran awalanya adalah jika rekoleksi , mereka akan di minta untuk duduk dan mendengarkan bacaan Kitab suci atau kotbah dari romo.

Banyak umat yang dengan berani mengungkapkan apa yang mereka rasakan, dan mereka tergugah untuk bisa bangkit kembali dan bergerak untuk melayani Gereja Santo Aloysius Gonzaga Mlati.

Setelah makan siang, para peserta diminta untuk membuat yel-yel berdasarkan nama buah di setiap kelompoknya.



Setelah keseruan yel-yel, acara dilanjutkan dengan sesi “Spiritualitas Pelayanan”, yaitu setiap kelompok diberikan modal berupa sedotan, gunting dan perekat.  Mereka diminta untuk membangun sebuah gereja yag kuat, kokoh dan indah.
Penilaian dari sesi ini adalah :
  1. Kerjasama tim
  2. Kecermatan dan ketepatan dalam perencanaan
  3. Kesediaan dan keterbukaan untuk saling berbagi
  4. Keindahan hasil karya
  5. Kekuatan dan waktu pengerjaan

Terlihat setiap kelompok bekerjasama dengan baik, tidak ada yang memberi komando ataupun yang diam saja, semua orang ikut bekerja sama untuk membangun gereja.

Para pendamping memberikan semangat kepada masing-masing kelompok, dengan lagu-lagu rohani yang dapat memberikan semangat berkarya.
Dan hasil dari karya mereka berujud gereja yang beraneka ragam, dan warna-warni, yang kemudian di dinilai oleh para pendamping.

Hujan deras yang turun ikut mendinginkan suasana dan membuat sejuk ruangan aula, dimana acara berikutnya adalah pengendapan.
Di ruangan aula tersebut, setiap peserta di persilahkan untuk duduk dan kemudian diajak untuk membasuh kaki secara bergantian.

Pembasuhan kaki ini terinspirasi dari peristiwa Perjamuan Malam Terakhir, dimana seorang Yesus mau membasuh kaki para murid-murid Nya, yang memperlihatkan bahwa pemimpin harus melayani bukan untuk dilayani.

Harapan dari pembasuhan kaki ini adalah, menunjukkan tidak adanya perbedaan satu dengan  yang lain, tidak ada kelompok-kelompok atau geng, yang ada adalah umat yang satu yang bangkit dan berani untuk melayani.

Acara rekoleksi yang selesai pada pukul 16.30 wib ditutup dengan doa dan berkat dari romo Yulius Sukardi, Pr.

“Bangkit dan Bergerak Melayani Tuhan”



Posting Komentar

0 Komentar